BALIKPAPAN, KOMPAS.com – Penuh kecemasan, mungkin itu yang dirasakan sejumlah tenaga pendidik di Sekolah Dasar (SD) Negeri 021 Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim).
Bagaimana tidak, mereka harus mengarungi Perairan Teluk Balikpapan yang merupakan habitat predator air buaya.
Sejumlah guru setiap harinya berangkat dari dermaga milik TNI di Kampung Baru Ujung, Balikpapan Barat. Hanya menggunakan kapal klotok, mereka menuju SD Negeri 021 yang berada di kawasan Kariangau, Balikpapan Barat.
Baca juga: Gaji Guru Honorer di Gunungkidul di Bawah UMK, Ada yang Dibayar Rp 300.000 Per Bulan
Rute air merupakan yang terpendek dan tercepat dibanding menggunakan jalur darat karena harus memutari dua kecamatan.
Guru agama di SD Negeri 021 Balikpapan Barat, Angga Eko Pambudi mengaku harus bangun pagi untuk menuju dermaga. Sebab pada pukul 07.00 Wita, kapal akan berangkat menuju dermaga Teluk Waru, Balikpapan Barat bersama guru lainnya dan murid yang tinggal di kawasan Kampung Baru.
"Kami semua harus tiba di dermaga sebelum jam 7. Sebab kalau tidak ya ditinggal. Karena kapalnya cuma satu kali aja. Jadi yang enggak hadir dianggap enggak masuk sekolah. Karena sampai di dermaga sana nanti kita harus jalan kaki lagi ke dalam sekitar 30 meter," ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (25/11/2022).
Perjalanan menuju sekolah memakan waktu kurang lebih 20 menit. Dalam perjalanan, kapal klotok yang mengangkut puluhan orang itu melintas di perairan Teluk Balikpapan serta hutan mangrove.
Bukan pemandangan asing bagi Angga dan para murid melihat penampakan buaya. Hal ini lah yang membuatnya takut bahkan hingga saat ini.
"Perasaan takut dan cemas pasti ada mas. Soalnya kita melintas di perairan yang rawan buaya. Tapi mau enggak mau kita harus tempuh itu demi sekolah," tuturnya.
Kekhawatiran itu sempat ia rasakan, kapal yang ditumpanginya mengalami kebocoran pada tanggal 15 Agustus 2022 lalu. Saat itu Angga dan puluhan murid sedang perjalanan pulang dari sekolah.
Baca juga: Hari Guru, 44 Pendidik di Purworejo Dapat Mobil Dinas
Namun di tengah perjalanan kapal mengalami kebocoran lantaran menabrak batang pohon. Meski berhasil menepi, namun Angga dan puluhan murid terdampar di hutan mangrove yang merupakan sarang buaya.
"Yang pertama saya khawatirkan saat itu adalah tenggelam. Lalu yang kedua soal buaya. Soalnya kapalnya sudah bocor dan disana benar-benar tidak ada daratan, cuma hutan mangrove. Jadi kami naik ke akar mangrove sambil nunggu bantuan datang," ungkapnya.
Beruntung Tim SAR Gabungan tiba dan langsung melakukan evakuasi terhadap puluhan murid dan sejumlah guru termasuk Angga. Kejadian ini membuat Angga trauma berat, keluarganya pun meminta dirinya untuk tidak menempuh jalur laut untuk berangkat ke sekolah.
"Sampai sekarang saya masih teringat kejadian itu. Untung aja kami berhasil selamat semua, saya sampai sekarang takut mau lewat laut," terangnya.
Dalam peringatan Hari Guru ke-77 ini, Angga berharap pemerintah memperhatikan fasilitas para guru dan murid untuk akses ke sekolah. Ia tidak ingin kejadian serupa terulang kembali dan membuat para murid kembali trauma untuk berangkat sekolah.
"Saya harap armadanya lebih ditingkatkan lagi, pelampungnya disediakan, karena kemarin itu Enggak ada pelampungnya. Lalu kalau bisa ada armada juga menuju darat, sehingga tidak harus lewat laut," harapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.