LOMBOK TENGAH, KOMPAS.com - Sejumlah keluarga di Dusun Mengelok, Desa Batujai, Lombok Tengah, meminta agar pemerintah segera mengumumkan identitas korban kapal tenggelam pekerja migran Indonesia (PMI) di perairan Batam, Kamis (16/6/2022) malam.
Setidaknya ada lima warga Dusun Mengelok yang berangkat ke Malaysia sebagai PMI melalui jalur penyeberangan ilegal di perairan Batam. Mereka adalah Ahmad alias Amat, Yusuf, Muhammad Zohir Abbas, Arum, dan Muhammad Rahim.
"Kami ada dapat informasi kapal tenggelam yang akan menyeberang ke Malaysia, dan kebetulan ada lima orang berangkat dari sini menuju Malaysia melalui batam," kata orangtua dari salah satu PMI, Geboh (50), saat dikonfirmasi, Jumat (17/6/2022).
Geboh merupakan orangtua dari Muhammad Zohir Abbas. Meski belum ada informasi dari petugas, ia meyakini anaknya menumpangi kapal yang tenggelam tersebut.
Sekitar satu jam sebelum kejadian kapal tenggelam, kata Geboh, anaknya sempat menelepon pada Kamis pukul 18.00 Wita. Zohir memberitahukan akan menyeberang menuju Malaysia.
"Selesai Maghrib sempat menelepon, katanya mau segera berangkat, dia minta didoakan biar selamat, dia buru-buru terus dia matikan handphone," kata Geboh.
Geboh sempat menghubungi anaknya pada Jumat sekitar pukul 12.00 Wita. Namun, ponsel anaknya tidak bisa dihubungi.
"Tadi saya telepon tidak pernah nyambung, sampai sekarang enggak nyambung, semoga tidak terjadi apa-apa sama anak itu," kata Geboh.
Baca juga: Kapal Pengangkut TKI Ilegal Terbalik di Perairan Batam, 23 Penumpang Berasal dari Lombok
Geboh berharap pemerintah segera merilis nama korban dalam insiden kapal tenggelam itu.
"Semoga segera mengumumkan nama-nama dalam kapal itu, karena ada di beberapa media menyebut ada anak saya, supaya kami bisa tenang di sini, kata Geboh.
Sementara itu, istri dari Muhammad Rahim, Jumisah mengungkapkan hal yang sama. Ia mendengar kabar kapal tenggelam di Laut Batam.
"Memang dia (suami saya) berangkat dengan Zohir dan Amat, tapi kok enggak ada dalam list daftar nama korban di berita," kata Jumisah sambil berlinang air mata.
Jumisah menduga suaminya juga berada dalam kapal itu. Rohim, kata dia, sempat meneleponnya untuk meminta doa sebelum insiden kapal tenggelam itu terjadi.
"Habis Magrib sekitar jam tujuh itu, dia telepon katanya mau berangkat malam Jumat ini, dia biasa selalu kabari perkembangannya, tapi sampai sekarang handphone-nya tidak aktif," kata Jumisah.
Jumisah menceritakan tekong yang mengajak suaminya ke Malaysia berjanji mengisi perahu dengan kapasitas ideal sebanyak 12 orang. Namun, kapal itu dikabarkan justru bermuatan 30 orang.
"Waktu datang ke sini cerita tekong akan mengangkut suaminya dengan boat berisi 12 orang, semoga dalam keadaan baik-baik saja," kata Jumisah.
Belum terima daftar identitas yang akurat
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat I Gede Putu Aryadi mengungkapkan, belum berani mengungkap identitas korban.
"Saya belum menerima data identitas korban yang akurat, sekarang masih proses pendalaman," kata Aryadi saat dikonfirmasi.
Aryadi menambahkan, proses evakuasi masih dilakukan aparat di Kepulauan Riau. Pemkab NTB masih berkoordinasi dengan semua pihak untuk mengetahui identitas korban.
"Para korban berangkat tanpa diketahui oleh Kades dan Kadus. Apa tujuan mereka ke Malaysia, dan siapa tekongnya dan lainnya masih dalam proses pendalaman," kata Aryadi.
Sementara itu, identitas diduga korban kapal yang tenggelam tersebar di aplikasi pesan instan WhatsApp. Dalam daftar itu, terdapat empat warga Dusun Mengelok.
Namun, Aryadi mengingatkan, data tersebut belum dipastikan akurasinya.
"Kalau data yang beredar di medsos, ada nama tersebut (Zohir Abas) termasuk 23 orang yang selamat. Tapi kita tunggu data resmi dari Kepri," kata Aryadi.
Baca juga: 30 Penumpang Kapal Tenggelam di Perairan Batam Berasal dari NTB, Keluarga Diminta Melapor
Sebelumnya, sebanyak 30 pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Barat mengalami kecelakaan perahu di perairan Batam, Kamis (16/6/2022).
Diduga puluhan PMI tersebut berangkat dengan cara non prosedural alias ilegal.
Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Provinsi NTB, Abri Danar Prabawa mengungkapkan, 30 PMI yang berangkat dari NTB tersebut diduga tenggelam di Perairan Pulau Putri, Batam, Kamis pukul 18.00 WIB.
"Informasi yang kami dapatkan ada 30 orang, dan informasinya sih warga Lombok NTB semua," kata Abri melalui sambungan telepon.
Menurut Abri, dari 30 orang tersebut, 23 di antaranya selamat, sedangkan tujuh lainnya masih dalam pencarian.
Abri belum mendapatkan nama dan alamat rinci dari korban karena keberangkatan korban melalui jalur prosedural.
"Untuk detail korban belum kita dapatkan, karena para korban ini diduga tidak melalui prosedural, karena tidak ada dokumen izin dari pemerintah," kata Abri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.