Bukan itu saja, kata Stanislaus, kelompok itu juga mempelajari karakteristik dari aparat keamanan.
"Jadi, dia (KKB) mencari titik lengahnya, kemudian mencari kapan waktu yang tepat melakukan serangan, dan mereka juga tahu titik dari mana harus menyerang," ujarnya.
"Ini dalam istilahnya ada tactical gap. Jadi, secara tactical mereka menguasai dan menang. Ketika ada prajurit diserang mendadak ya terjadi seperti ini," lanjutnya.
Baca juga: Pos Marinir Diserang KKB di Nduga, Korban Tewas Bertambah 1 Orang
Selain itu, kata Stanislaus, dikabarkan senjata yang digunakan kelompok tersebut merupakan senjata rampasan.
"Jadi beberapa kali aksi mereka merampas dari personel TNI, lalu mereka gunakan senjata itu untuk melawan aparat," ungkapnya.
Agar tidak kalah dalam medan, kata Stanislaus, harus ada peningkatan kualitas prajurit TNI untuk lebih menguasai medan, misalnya adanya perekrutan terhadap masyarakat asli Papua untuk menjadi prajurit TNI lebih dimaksimalkan.
"Saya yakin sudah ada orang asli Papua yang bertugas di situ, tapi mungkin belum cukup," ungkapnya.
Baca juga: KKB di Nduga Serang Anggota Marinir dengan Granat, 1 Personel Gugur dan 2 Kritis