BENGKULU, KOMPAS.com - Peni, seorang ibu rumahtangga di Bengkulu menangis histeris karena tidak kebagian satu liter minyak goreng subsidi. Padahal, Peni sudah mengantre sejak Sabtu (5/3/2022) pagi.
Pengadaan pasar murah minyak goreng tiba-tiba dihentikan penyelenggara karena ribuan warga berdesakan berebut minyak goreng.
Tiga hari kemudian atau pada Selasa (8/3/2022), operasi pasar murah kembali digelar di halaman Dinas Perindustrian Perdagangan, Provinsi Bengkulu.
Antrean warga mengular hingga panjangnya sekitar 100 meter. Kali ini antrean lebih tertib dan aman saat pemerintah membagikan 8 ton minyak goreng murah.
Baca juga: Beli Minyak Goreng di Bengkulu Mirip Pemilu, Antre Panjang dan Celup Jari ke Tinta
Di sisi lain, pemburu minyak goreng di pusat perbelanjaan di kawasan Jalan Soeprapto, Kota Bengkulu sempat terjadi kericuhan. Pembeli berdesakan demi mendapat minyak goreng.
Antrean panjang dan desak-desakan warga mendapatkan minyak goreng juga terjadi di sejumlah kabupaten di Provinsi Bengkulu.
"Sulit sekali mendapatkan minyak goreng sekarang," ujar Elli, salah seorang ibu rumah tangga.
Efek minyak goreng mahal, membuat banyak usaha kecil dan warung gorengan yang yang tutup.
Salah satunya usaha kerupuk gurita di Kabupaten Kaur, Bengkulu terpaksa berhenti operasi karena sulit mendapat minyak goreng.
Usaha sejumlah gorengan warga juga gulung tikar karena mahalnya bahan baku minyak goreng. Tidak saja minyak goreng, kedelai yang mahal juga menjadi kendala.
"Usaha kerupuk gurita kami tutup karena mahalnya minyak goreng," kata pengusaha kerupuk gurita di Kabupaten Kaur, Asnawati.
Ironisnya, dari luas total Provinsi Bengkulu 1,9 juta hektar, menurut data Kementerian Pertanian RI Tahun 2019 terdapat 426 ribu hektare wilayah Bengkulu adalah perkebunan sawit.
Dengan kata lain, 22 persen luas Bengkulu ditanami kelapa sawit.
Tak hanya itu, luas kebun sawit Bengkulu menyumbang 2,6 persen total luas kebun kelapa sawit nasional.
Terdapat sejumlah perkebunan swasta, rakyat, dan nasional yang berinvestasi di wilayah ini.