INDRAMAYU, KOMPAS.com - Kebijakan pemerintah kembali mengimpor garam tahun ini dinilai kurang tepat bagi petambak garam lokal.
Pasalnya saat ini petambak lokal masih mengeluhkan anjloknya harga juga hasil produksi masih tersimpan banyak di gudang.
Seperti di Kerangkeng, pesisir Indramayu Jawa Barat, harga garam anjlok menjadi Rp 500 per kilogram dari sebelumnya mencapai tertinggi Rp 2.000 per kilogram. Juga ratusan ton garam daerah tersebut masih tersimpan di gudang dan belum terserap.
"Kami menyayangkan adanya impor garam. Padahal untuk memenuhi pasokan bisa menyerap dari mereka (petambak garam) tinggal bagaimana pendampingan untuk mendapatkan hasil yang lebih," ujar Samiun (45), petambak garam Kerangkeng Indramayu, Rabu (17/3/2021).
Baca juga: Produksi Garam Gunungkidul Mati Suri, Puluhan Petani Garam Pilih Jadi Buruh Bangunan
Petambak garam Indramayu sendiri, mengenai impor garam dilakukan pemerintah sering terjadi naik turun harga di kalangan petambak garam.
Januari-Februari tahun ini saja, harga garam anjlok drastis di Rp 250 per kilogram dari Desember 2020 Rp 450.
"Maka sangat kurang tepat (impor garam) sebab yang terbaik solusinya adalah pemberdayaan petambak garam. Jadi misalnya tahun lalu menghasilkan 1 ton bagaimana tahun depan bisa menghasilkan 2 ton. Itu solusinya," terang Samiun.
Kini, ditemui di lokasi tambak garam Desa Luwunggesik, Kecamatan Kerangkeng, ia masih menyimpan 5 ton garam di gudang dan belum bisa dijual sebab harga tidak sesuai standar biaya produksi.
Baca juga: Garam Tak Laku Lagi, Buruh Angkut di Pesisir Demak Alih Profesi Cari Kepiting
"Soalnya harga garam tidak bisa diprediksi. Bisa naik dan bisa turun. Saya memilih menjual karena trauma takut anjlok tiba-tiba. Maka saya memilih untuk menjualnya meski harga kurang cukup jika dihitung-hitung keuntungannya," ujar dia.
Mengenai impor garam sendiri, menurutnya pemerintah dilakukan kebijakan tersebut kurang tepat meski kebutuhan pasokan garam dalam negeri kurang.
Baca juga: Buka Keran Impor, Pemerintah Dianggap Tak Punya Desain Pengembangan Industri Garam
Menurutnya kekurangan produksi tersebut karena lemahnya pengawasan untuk petambak garam.
"Lahan kita sangat luas. Indramayu saja menjadi salah satu daerah penghasil garam terbesar di Jawa Barat dan bisa bersaing mengenai kualitas. Maka lahan tersebut harus semaksimal mungkin dimanfaatkan sebab banyak tidak digarap garam," terang dia.
Saat ini, ia sendiri memiliki lahan tambak garam seluas 5 hektar. Sebanyak 100 ton garam hasil produksi miliknya telah dijual ke pengepul meski kebijakan impor garam dilakukan pemerintah merugikan dirinya.
"Jelas impor ini merugikan saya. Biasanya bulan Maret ini hasil produksi garam saya simpan di gudang dan bulan depan biasanya ada yang berani Rp 550 per kilogram," pungkas dia.
Baca juga: Jeritan Petani Garam di Tengah Rencana Pemerintah Impor Garam: Ribuan Kantong Tertimbun di Gudang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.