Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bunuh Diri karena Sakit Tak Terobati

Kompas.com - 11/06/2013, 17:49 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

Ah ironi benar hidup di negeri ini. Sebagian orang mati dalam kesia-siaan, sebagian lainnya foya-foya "bermandikan uang". Lihatlah di infotainment, betapa mereka yang menjalani hidup dengan "bercanda" justru beroleh kelimpahan harta sehingga mampu membangun rumah bak istana dan berobat ke rumah sakit dengan pelayanan yang prima.

Sebagian orang susah untuk berobat, sebagian lainnya malah berlaku bejat dengan menilap uang rakyat. Padahal, di negeri ini, simbol-simbol kebaikan berkibar dengan megahnya. Agama, tempat-tempat ibadah, para pemuka agama, diberi panggung seluas angkasa. Padahal juga, ajaran mengenai kebajikan juga sudah diwariskan oleh nenek moyang kita. Padahal...

Menyimak fakta di atas, nalar saya seperti menabrak tembok. Hmmm... sebelum saya dilanda keputusasaan, ada baiknya saya cari kawan-kawan saya. Moga-moga mereka bisa saya ajak ngobrol, setidaknya bisa mengurangi gebalau di hati saya.

"Enggak adil bener kehidupan ini ya?" kata saya membuka percakapan dengan Juha di sebuah warung kopi di Palmerah.
"Wah, kacau kamu. Berarti kamu menuduh Tuhan juga enggak adil," sela Juha.
"Ah... bukan itu maksudku. Yang enggak adil mungkin juga aku, kamu, orang-orang pemerintahan, anggota dewan, atau siapa pun, yang membiarkan orang-orang mati tanpa daya lantaran tak mampu berobat ke rumah sakit."
"Nah, itu lebih rasional. Tapi, bukankah tiap manusia sudah punya suratannya masing-masing?"
"Ah elo, jangan dibawa ke ranah takdir dulu dong, enggak seru jadinya obrolan kita."
"Habis bagaimana, aku percaya bahwa apa yang kita peroleh hari ini adalah buah dari perjalanan yang kita lalui."
"Tapi, orang lain juga turut andil atas apa yang kita peroleh hari ini. Coba kalau kamu nggak peduli kepadaku, mungkin hari ini aku sedang sakit kepala memikirkan ini semua. Tapi, karena kamu peduli kepadaku dan mau aku ajak ngobrol, jadi bebanku lebih ringan."
"Maksudmu, banyak orang yang nggak peduli dengan orang lain sehingga membiarkan mereka yang tak mampu berobat ke rumah sakit jatuh dalam keputusasaan?"
"Pinter kamu."
"Tapi sebentar... bagaimana mau membantu, jangan-jangan para tetangga mereka yang putus asa itu juga butuh bantuan."
"Bisa jadi. Makanya, untuk urusan kesehatan harus menjadi tanggung jawab pemerintah, terutama buat mereka yang tidak mampu."
"Tapi, kan sudah banyak daerah yang menggratiskan biaya berobat kepada orang-orang tak mampu, seperti Jakarta, Tangerang..."
"Indonesia kan bukan cuma Jakarta dan Tangerang."
"Itu tandanya kemampuan tiap daerah belum setara."
"Mustinya bukan cuma urusan daerah, tapi juga urusan pemerintah pusat."
"Pusat sudah menganggarkan cukup banyak untuk kesehatan?"
"Emang dianggarkan berapa?"
"Bentar, aku buka contekan dulu."

Juha pun mulai membuka contekan. Dia mengatakan, anggaran kesehatan sebesar Rp 31,2 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013. Jumlah tersebut belum mencapai 5 persen dari total RAPBN sebesar Rp 1.657,9 triliun. Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan mengamanatkan anggaran kesehatan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji. Anggaran kesehatan baru sekitar 1,9 persen dari RAPBN 2013 dan 0,4 persen terhadap pendapatan domestik bruto.

"Masih jauh dari ideal ya?" kata saya.
"Sudah jauh dari ideal, anggarannya suka disunat pula," ujar Juha.
"Emang kamu punya contohnya?"
"Menurut Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Sleman M Anshar Wahyuddin, pada 2009, dalam satu sampel transaksi jual-beli obat satu hari saja, kerugian negara ditaksir mencapai Rp 20 juta. Padahal, hampir setiap hari ada transaksi jual-beli obat."
"Tapi, dibanding kasus Hambalang atau Bank Century, itu masih kalah jauh, itu kelas teri."
"Mau yang kakap? Dalam proyek alat kesehatan anggaran 2009, Badan Reserse dan Kriminal telah menetapkan dua tersangka, pejabat pembuat komitmen Syamsul Bachri dan kuasa pengguna anggaran Zulkarnain Kasim. Keduanya diduga melanggar kewenangan dalam proyek pengadaan alat bantu belajar-mengajar dokter untuk rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan. Proyek berbiaya Rp 429 miliar itu diduga telah digelembungkan sehingga negara rugi Rp 163 miliar."
"Wah, wah... raja tega banget sih orang-orang itu, sudah tahu itu untuk urusan kesehatan, masih juga disunat."
"Kepengin contoh lagi?"
"Sudah, sudah. Cukup, ini aja sudah membuat kepalaku mulai pusing, apalagi kalau kamu kasih unjuk kasus lainnya di dunia kesehatan, bisa stres aku."

Entah karena kehausan atau karena mulai dihinggapi stres, saya menenggak minuman mineral beberapa teguk. Dada rada lega, begitu juga mata tambah terang. Setelah menghela napas panjang, saya pun ngedumel sendiri.
"Kenapa kita harus sakit yak?"
"Karena kita pernah sehat," jawab Juha.
"Sehat itu nikmat, sedangkan sakit adalah tanda kasih sayang Tuhan kepada kita," lanjut Juha.
"Maksudmu?"
"Nikmat karena kita bisa beribadah lebih maksimal dan tanda sayang karena dosa sedang digugurkan."
"Teruskan, aku mulai merasai kesejukan di hatiku."
"Kesenangan atau kesusahan merupakan dua ladang yang sama-sama menguntungkan. Bila ia mendapat kesenangan, ia akan bersyukur sehingga kesenangan tersebut terus akan ditambah. Bila ia ditimpa kesusahan, ia akan bersabar sehingga dengan kesabarannya itulah, dosa dosanya berguguran."

Mendadak saya seperti melayang di angkasa. Saya masih menyimpan kesedihan, tapi saya juga merasakan kesejukan oleh kata-kata Juha. Saya memang tak pernah mengenal mereka yang mati bunuh diri karena sakit yang tak terobati, tapi saya seperti melihat bayang-bayang wajah mereka bertebaran di mana-mana. Mereka ada di kolong jembatan, di sudut-sudut terminal, pojok-pojok pasar, dan di pelosok-pelosok negeri yang tak tersentuh oleh dokter dan perawat.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Gerindra: Nasdem Sama dengan Partai Koalisi yang Lebih Dulu Gabung, Hormati Hak Prerogatif Prabowo

    Gerindra: Nasdem Sama dengan Partai Koalisi yang Lebih Dulu Gabung, Hormati Hak Prerogatif Prabowo

    Nasional
    Pengamat: Sangat Mungkin Partai yang Tak Berkeringat Dukung Prabowo-Gibran Dapat Jatah Menteri

    Pengamat: Sangat Mungkin Partai yang Tak Berkeringat Dukung Prabowo-Gibran Dapat Jatah Menteri

    Nasional
    PDI-P Sebut Ahok Siap Maju Pilgub Sumut, Jadi Penantang Bobby

    PDI-P Sebut Ahok Siap Maju Pilgub Sumut, Jadi Penantang Bobby

    Nasional
    Pernyataan Megawati soal Tak Ada Koalisi dan Oposisi Sinyal agar Presiden Tidak Takut Parlemen

    Pernyataan Megawati soal Tak Ada Koalisi dan Oposisi Sinyal agar Presiden Tidak Takut Parlemen

    Nasional
    PDI-P Akui Sulit Cari Ganti Megawati dalam Waktu Dekat

    PDI-P Akui Sulit Cari Ganti Megawati dalam Waktu Dekat

    Nasional
    PDI-P Bentuk Tim Pemenangan Pilkada Nasional, Dipimpin Adian Napitupulu

    PDI-P Bentuk Tim Pemenangan Pilkada Nasional, Dipimpin Adian Napitupulu

    Nasional
    Sebut Pilpres Telah Usai, PDI-P Siap Gandeng Semua Partai di Pilkada

    Sebut Pilpres Telah Usai, PDI-P Siap Gandeng Semua Partai di Pilkada

    Nasional
    Polri Diminta Jelaskan soal Isu Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

    Polri Diminta Jelaskan soal Isu Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

    Nasional
    Sudirman Said Harap Pilkada Jakarta 2024 Tak Lagi Timbulkan Polarisasi

    Sudirman Said Harap Pilkada Jakarta 2024 Tak Lagi Timbulkan Polarisasi

    Nasional
    Megawati Bakal Beri Pengarahan di Hari Kedua Rakernas V PDI-P

    Megawati Bakal Beri Pengarahan di Hari Kedua Rakernas V PDI-P

    Nasional
    Jemaah Haji Asal Padang Meninggal, Jatuh Saat Tawaf Putaran Ketujuh

    Jemaah Haji Asal Padang Meninggal, Jatuh Saat Tawaf Putaran Ketujuh

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Bentuk Kementerian Khusus Mengurus Program Makan Bergizi Gratis

    Prabowo Pertimbangkan Bentuk Kementerian Khusus Mengurus Program Makan Bergizi Gratis

    Nasional
    Densus 88 Kuntit JAM Pidsus, Hari-hari Penuh Tanya

    Densus 88 Kuntit JAM Pidsus, Hari-hari Penuh Tanya

    Nasional
    Cegah Dehindrasi, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Terbiasa Minum Oralit

    Cegah Dehindrasi, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Terbiasa Minum Oralit

    Nasional
    Tema Hari Lansia Nasional 2024 dan Sejarahnya

    Tema Hari Lansia Nasional 2024 dan Sejarahnya

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com