Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Galakkan Komunitas Peduli Pelestarian Sungai

Kompas.com - 03/06/2013, 02:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum sejak Maret lalu menggalakkan komunitas yang peduli terhadap pelestarian sungai di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Bengkulu, dan Aceh.

Selama ini, sungai dituduh menjadi biang dari musibah banjir pada musim hujan. Kondisi beberapa sungai saat ini makin buruk karena penuh sampah dan berwarna hitam akibat polusi berbagai bahan kimia.

”Masalah itu ditimbulkan oleh masyarakat yang kurang sadar menjaga kebersihan sungai,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU Mohamad Hasan di sela kegiatan pencanangan ”Gerakan Peduli Air” di Jakarta, Sabtu (1/6).

Gerakan Peduli Air merupakan upaya sosialisasi bagi masyarakat umum untuk tidak boros menggunakan air. Langkah itu diwujudkan dengan percontohan pembuatan sumur resapan, biopori, dan penanaman pohon.

Menurut Mohamad, lebih dari 100 komunitas peduli sungai di beberapa kota saat ini dibina dan difasilitasi. ”Kami memberikan sejumlah peralatan yang mereka butuhkan untuk turun ke lapangan, seperti pelampung dari ban dalam mobil dan plastik penampung sampah,” kata Mohamad.

Menurut Mohamad, pihaknya berperan menangani pengelolaan air secara struktural, yakni menormalisasi sungai, sudetan, pintu air, dan memperbaiki situ. Pihaknya mengajak partisipasi masyarakat untuk mengurangi debit air yang masuk ke sungai ketika hujan dengan peningkatan resapan air ke tanah.

”Cara itu akan memperbaiki debit air di sungai pada musim kemarau. Diharapkan, setiap rumah dapat membuat sumur resapan dan menanam pohon,” ujar Mohamad.

Ketua Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci) Usman Firdaus mengakui, pihaknya dibina untuk melestarikan sungai melalui pertemuan yang menghadirkan akademisi dari beberapa perguruan tinggi. ”Setelah itu, komunitas akan turun untuk memberdayakan masyarakat di sekitar sungai,” kata Usman.

Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia Paulus Wirutomo menilai, hal itu merupakan upaya pemerintah menjalankan peran sebagai penggerak masyarakat. ”Pihak-pihak yang terlibat dalam gerakan sosial itu akan termotivasi karena ditunjang pemerintah,” kata Paulus. (K06)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com