Masa-masa birahi (siap kawin), hamil, hingga kelahiran memerlukan pemantauan yang lebih intensif. Masa-masa itu amat penting bagi sapi betina untuk memproduksi susu.
Pengunjung yang umumnya anak sekolah
Sebagian pengunjung tak hanya berkesempatan memberi makan sapi dengan hijauan yang dicampur bahan-bahan konsentrat pilihan, tetapi juga menyaksikan proses kelahiran anak sapi.
Hari itu, seekor sapi betina yang tengah hamil tua mengalami kesulitan ”persalinan”. Selain anaknya kembar, rupanya terjadi kelainan posisi pada bayi yang dikandungnya. Kaki belakang beserta bokong anaknya lebih dulu mengarah ke luar melalui lubang peranakan.
”Wah, posisi anaknya sungsang,” ujar Herry, petugas yang khusus membantu ”persalinan” sapi. Pada kondisi normal, posisi kaki belakang dan kepala yang menjulur ke luar.
Dibantu dua rekannya, akhirnya Herry berhasil menolong ”persalinan” itu. ”Anda beruntung bisa menyaksikan proses kelahiran sapi yang tidak lazim,” ujar Jeremy.
Beberapa pengunjung bercanda dengan anak-anak sapi (pedet) yang berusia dua-tiga hari. Dengan sedikit gemas, anak-anak itu mengelus-elus kepala pedet yang jinak. Kesempatan bercanda dengan sapi diakhiri dengan memberi nama pada pedet. Setiap sapi sengaja diberi nama agar mudah mengontrol pertumbuhan dan perilakunya.
”Selama ini kami minum susu cair tanpa tahu bagaimana cara menghasilkan. Rupanya berproses panjang,” ujar Shynta Agustin (27), ibu dari Banjaran, Kabupaten Bandung, yang membawa dua anaknya, Nohan (5) dan Naur (3).
Head of Marketing Department Ultrajaya Milk Industry Tbk Siska Suryaman mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud komitmen berbagi pengetahuan dan meningkatkan kesadaran akan manfaat susu bagi masyarakat Indonesia.
Sopyan Yusuf, Finance and Accounting UPBS, mengungkapkan, di areal tersebut juga puluhan peternak sapi perah diberi kesempatan menyerap kecakapan beternak sapi yang benar.
Sinergi antara industri dan peternak tradisional diharapkan menopang pembiasaan masyarakat minum susu segar tanpa melulu bergantung pada impor.(NAR)