Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup di Indonesia dengan Bendera Malaysia

Kompas.com - 31/05/2013, 14:18 WIB
Nurulloh

Penulis

KOMPAS.com — Tingkat pengangguran di Indonesia yang masih terbilang tinggi membuat masyarakat memutar otak dan bersusah payah mencari pekerjaan dengan gaji yang layak. Bahkan, tidak jarang ada yang memutuskan untuk bekerja di negeri tetangga dengan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). Hal ini dialami oleh keluarga besar Syamsuddin (24), seorang warga Madura yang tinggal di Desa Nepa, Kecamatan Banyuates, Sampang, Madura. Assyam, panggilan akrab Syamsuddin, mengisahkan keluarga besarnya yang mayoritas merantau ke Malaysia untuk bekerja dan memperoleh penghidupan serta gaji yang layak.

Kisah tersebut dia tulis di media sosial Kompasiana, Rabu (29/5/2013). Dia menceritakan bagaimana kondisi keluarganya yang sebagian besar merantau untuk bekerja di Malaysia dan menjadikan hal tersebut sebagai budaya dan tradisi keluarga maupun orang-orang di kampungnya.

"Setiap lelaki dalam keluarga besarku sudah pernah merantau ke negeri jiran, Malaysia, termasuk ayahku… Tapi, sekarang sudah enggak karena faktor umur. Hingga saat ini, budaya itu masih berjalan entah sampai kapan", tulis Assyam di Kompasiana.

Assyam merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah, kakak, dan sepupu serta saudara di keluarga besarnya hampir semuanya pernah bekerja di Malaysia.

Dia juga menceritakan seorang keponakannya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, Firman (7), yang kerap mengibarkan bendera Malaysia di halaman depan rumahnya di Desa Nepa, Banyuates, Sampang, Madura. Sejak umur satu tahun, Firman sudah ditinggal orang tuanya untuk bekerja di Malaysia agar dapat membiayai hidup keluarga di kampung, termasuk untuk biaya sekolah Firman.

"Setelah sekian lama ditinggal, sekarang keponakanku (anak kakakku) sudah kelas 3 SD dan entah kenapa keponakanku sering mengibarkan bendera Malaysia di depan halaman rumah," tulisnya. Melihat kejadian ini, Assyam mengaku heran dan bertanya-tanya dan mengira bahwa keponakannya itu merasa menjadi warga negara Malaysia karena orangtua Firman dan keluarga besarnya bekerja dan tinggal di Malaysia.

Meski hampir semua keluarga besarnya pernah dan masih bekerja di Malaysia, hal itu tidak membuatnya tergoda pergi merantau ke negeri tetangga itu.

"Saya bertekad untuk menghilangkan budaya dan tradisi merantau di keluarga besar saya dan dapat mencari kerja di sini (Indonesia)," tegasnya kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon, pagi tadi.

Saat ini, Assyam membuka usaha warnet di Surabaya dan sempat mengenyam pendidikan di Universitas Negeri Surabaya selama 4 tahun. Dia sempat berhenti (cuti) kuliah selama setahun karena kekurangan biaya. Sampai suatu ketika, ia bertemu dengan orang yang berbaik hati untuk membantunya meneruskan kuliah. Menurutnya, selama kuliah di Surabaya, dia tinggal di sebuah mushala demi menghemat biaya hidup dan bahkan pernah mengais makanan dari tempat sampah untuk mengisi perutnya.

Usaha warnet yang ditekuni Assyam kini sudah berjalan dua tahun dan dia juga memiliki dua karyawan yang membantunya dalam operasional di warnet. Dengan bertahan hidup dan membuka usaha di dalam negeri, Assyam sedikit memberikan bukti kepada keluarga dan orang-orang di kampungnya agar tidak harus merantau ke negeri orang lain untuk mencari kerja dan berusaha. Hal ini yang selalu dia tekankan kepada adiknya yang masih sekolah agar tidak mengikuti budaya keluarganya itu.

"Saya masih ada cerita lain tentang hidup saya dan akan saya bagikan di Kompasiana secara bertahap," kata Assyam di akhir pembicaraan dengan Kompas.com. Simak laporan lengkapnya mengenai berkibarnya bendera Malaysia di depan rumah Assyam di Kompasiana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com