Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggul di Kubu "Banteng"

Kompas.com - 27/05/2013, 11:04 WIB

KOMPAS.com - Pasangan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko sementara unggul dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Jawa Tengah yang berlangsung pada Minggu (26/5/2013). Apakah keberhasilan pasangan itu meraup dukungan besar menunjukkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan masih mampu mengandalkan karisma dan mesin partai?

Sejumlah hasil hitung cepat menunjukkan kemenangan kandidat nomor tiga ini dengan perolehan 48-49 persen suara. Litbang Kompas dengan metode quick count mencatat perolehan 49,79 persen untuk Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko, 30,44 persen untuk Bibit Waluyo-Sudijono, dan 19,77 persen untuk Hadi Prabowo-Don Murdono.

Sebelum pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah (pilkada), tak banyak kalangan yang menjagokan Ganjar-Heru bakal unggul, termasuk dari akar rumput simpatisan PDI-P sendiri. Betapa tidak, hasil sejumlah lembaga survei pra-pilkada menempatkan pasangan ini jauh di bawah perolehan pasangan petahana Bibit Waluyo-Sudijono Sastroamidjojo yang di atas 50 persen.

Namun, menjelang pelaksanaan pilkada, gereget mesin partai ”banteng” memang menghangat, antara lain dengan kunjungan kader PDI-P Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri ke sejumlah kota di Jawa Tengah. Meski demikian, hingga hari-H pelaksanaan pilkada tak banyak pihak yang meyakini kemenangan Ganjar-Heru dengan perolehan suara yang cukup meyakinkan.

Tengok saja. Sejumlah pilkada daerah tingkat I yang diikuti PDI-P pasca-Pilkada DKI 2012 lalu justru mengalami kegagalan, di antaranya Pilkada Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Bali baru-baru ini. Dengan kata lain, PDI-P diperkirakan tak mampu mengembalikan suara-suara simpatisan yang selama ini berpindah ke partai-partai nasionalis lain, terutama Partai Demokrat.

Meski demikian, Litbang Kompas yang menelusuri militansi kader ”banteng” di sejumlah kota sebelum pelaksanaan Pilkada Jateng mengungkapkan, tingkat kepercayaan kepada partai ternyata masih kuat. Sedemikian kuatnya keyakinan terhadap ”banteng” hingga pengenalan calon kurang menjadi faktor menentukan.

Dengarlah yang dinyatakan Wahono (40), penarik becak di Kota Solo, Jateng, dengan optimistis beberapa waktu lalu. ”Pak Ganjar itu tidak banyak dikenal banyak warga. Tetapi, kalau disuruh milih, saya akan milih Pak Ganjar karena itu calonnya PDI-P,” ujarnya. Hal serupa diutarakan Bundono (49), juru parkir di Kota Tegal, Jateng. Bagi dia, militansi itu lebih mendalam, yakni memaknai pilihan kepada PDI-P sebagai bentuk kebanggaan anak yang berbakti kepada orangtua.

Ingatan kolektif

Ungkapan warga kalangan akar rumput itu ternyata tak jauh berbeda dengan apa yang diyakini di tingkat masyarakat kelas menengah, termasuk sebagian kalangan intelektual. Salah satu yang menonjol, ikatan sebagian warga Jateng dengan PDI-P tak lepas dari kuatnya pengaruh paham nasionalisme dan sosok Soekarno yang mengakar.

Keberadaan pilihan politik kepada PDI-P yang tak lepas dari faktor keluarga dan lingkungan tidak saja menunjukkan bagaimana faktor genealogis turut memengaruhi pilihan politik seseorang, tetapi juga melahirkan kebanggaan pada sebuah nilai-nilai yang diyakini.

Tingkat militansi dan loyalitas pemilih PDI-P di Jateng memang bervariasi di setiap daerah. Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, dan Kota Tegal merupakan basis kemenangan utama PDI-P dengan tingkat militansi dan loyalitas yang paling kuat. Di empat daerah ini, ”banteng” tak pernah kalah, baik di pemilu maupun pilkada.

Salah satu ciri yang mengikat karakter pemilih dan kader PDI-P di empat wilayah ini adalah ingatan kolektif mereka terhadap nilai-nilai dan ajaran Soekarno yang kini terserap di PDI-P. Loyalitas kepada partai harus mencerminkan keyakinan mereka atas kebenaran ajaran Soekarno.

Ketua DPC PDI-P Kota Tegal Ikmal Jaya yang juga Wali Kota Tegal mengakui, PDI-P memiliki modal sosial besar. ”Kalau PDI-P bisa menunjukkan petugas-petugas partai di legislatif dan eksekutif bagus, dukungan kepada partai tambah melejit,” ujar Ikmal.

Namun, harus diakui, pemilih cenderung lebih setia sepanjang kader-kader partai menunjukkan kapabilitas dan keberpihakan kepada rakyat. ”Mereka tidak pindah ke partai lain, tetapi memberi pelajaran. Setelah kader-kadernya bagus, mereka balik lagi,” katanya.

Menurut Ikmal, sebagaimana ditanamkan Megawati, berpolitik tak selamanya urusan menang dan kalah. Salah satu langkah tersebut dibuktikan dengan memajukan kader dalam kontestasi politik sekalipun potensi kemenangan belum terlalu jelas. Keyakinan ini memang semakin menguat, terutama sejak fenomena Jokowi.(SULTANI, YOHAN WAHYU/ LITBANG KOMPAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com