Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latihan Perang Bersama Usai

Kompas.com - 01/05/2013, 03:17 WIB

Setelah sebelumnya menolak tawaran Pemerintah Korsel untuk berunding, Pyongyang juga tak merespons permintaan sejumlah pebisnis Korsel yang ingin membicarakan masa depan Kaesong.

Harapan ketegangan turun

Lebih lanjut, seusai latihan perang bersama Korsel-AS, diharapkan ketegangan juga ikut menurun, yang belakangan ini terus meningkat.

Pihak Korut memang selalu menganggap latihan perang bersama itu sebagai upaya Korsel dan AS mempersiapkan serangan dan invasi mereka ke Korut.

Namun, Korsel dan AS selalu membantah dengan menyatakan hal itu justru dilakukan untuk mempersiapkan mereka menghadapi serangan Korut.

”Ketika latihan perang itu usai, setidaknya kita tak perlu lagi cemas soal kemungkinan terjadinya kecelakaan yang memicu perang skala besar,” ujar Paik Hak- soon, pakar Korut di Institut Sejong.

Namun, Paik lebih lanjut tetap menyatakan kekhawatirannya, terutama dengan rencana pertemuan tingkat tinggi di antara pemimpin Korsel dan AS, yang rencananya digelar di Washington, 7 Mei mendatang.

Presiden Barrack Obama dan Presiden Korsel Park Geun-hye akan membahas tindak lanjut persoalan krisis di Semenanjung Korea dalam pertemuan itu.

”Jika Korut tak puas atau menolak hasil pertemuan itu, kita akan kembali hidup dalam ketakutan yang konstan, terutama kekhawatiran akan adanya provokasi militer di wilayah perbatasan,” ujar Paik.

Lebih lanjut, dalam salah satu pemberitaannya, surat kabar Pemerintah Korut, Rodong Sinmun, Senin (29/4), menuduh latihan perang yang digelar menjadi faktor penyebab utama yang bisa membawa krisis di Semenanjung Korea berubah menjadi perang nuklir. ”Para penghasut perang, AS dan Korsel, harus ingat mereka tak akan bisa lolos dari malapetaka mengerikan jika mereka mulai memicu perang nuklir melawan DPRK (Korut),” tulis surat kabar itu.

Sebelumnya, AS dituduh akan menjatuhkan bom nuklir ke Korut saat mendatangkan pesawat pengebom B-52s dan pesawat siluman B-2 dalam latihan perang kemarin. (AP/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com