Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latihan Perang Bersama Usai

Kompas.com - 01/05/2013, 03:17 WIB

SEOUL, SELASA - Korea Selatan dan Amerika Serikat merampungkan latihan perang gabungan ketiga matra mereka, yang telah berlangsung selama dua bulan terakhir. Latihan perang gabungan itu kerap menjadi sumber pemicu kemarahan Korea Utara, negara komunis serba tertutup.

Latihan perang bertajuk ”Foal Eagle” itu melibatkan sedikitnya 10.000 prajurit Amerika Serikat (AS) dan personel militer Korea Selatan (Korsel), yang jumlahnya jauh lebih besar.

”Latihan perang gabungan itu selesai, tetapi militer Korsel dan AS akan terus mengawasi potensi provokasi yang mungkin dilancarkan Korut, termasuk peluncuran peluru kendalinya,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Kim Min-seok.

Hingga saat ini, Korut memang terus menempatkan sejumlah peluru kendali dan peluncurnya di pantai timur negeri itu.

Kawasan Semenanjung Korea belakangan ini memang terus memanas. Kondisi itu dipicu kemarahan Korut, yang tak terima dijatuhi sanksi baru oleh Dewan Keamanan PBB.

Sanksi dijatuhkan lantaran Korut mengabaikan peringatan dan kekhawatiran dunia terkait uji coba rudal dan nuklir mereka sejak akhir tahun lalu.

Ketegangan di antara dua Korea juga berdampak pada penutupan satu-satunya simbol kerja sama mereka, kawasan industri Kaesong, yang didirikan sejak tahun 2003 di wilayah Korut.

Awal pekan lalu, Pemerintah Korsel menarik semua pekerja warga negaranya setelah Korut terlebih dahulu menarik 53.000 pekerja warga negaranya.

Dilaporkan, hingga Selasa dini hari, hanya tersisa tujuh orang penyelia, yang masih bertahan untuk menyelesaikan masalah administrasi.

Tak diketahui kapan ketujuh warga negara Korsel itu akan keluar dari Kaesong.

Setelah sebelumnya menolak tawaran Pemerintah Korsel untuk berunding, Pyongyang juga tak merespons permintaan sejumlah pebisnis Korsel yang ingin membicarakan masa depan Kaesong.

Harapan ketegangan turun

Lebih lanjut, seusai latihan perang bersama Korsel-AS, diharapkan ketegangan juga ikut menurun, yang belakangan ini terus meningkat.

Pihak Korut memang selalu menganggap latihan perang bersama itu sebagai upaya Korsel dan AS mempersiapkan serangan dan invasi mereka ke Korut.

Namun, Korsel dan AS selalu membantah dengan menyatakan hal itu justru dilakukan untuk mempersiapkan mereka menghadapi serangan Korut.

”Ketika latihan perang itu usai, setidaknya kita tak perlu lagi cemas soal kemungkinan terjadinya kecelakaan yang memicu perang skala besar,” ujar Paik Hak- soon, pakar Korut di Institut Sejong.

Namun, Paik lebih lanjut tetap menyatakan kekhawatirannya, terutama dengan rencana pertemuan tingkat tinggi di antara pemimpin Korsel dan AS, yang rencananya digelar di Washington, 7 Mei mendatang.

Presiden Barrack Obama dan Presiden Korsel Park Geun-hye akan membahas tindak lanjut persoalan krisis di Semenanjung Korea dalam pertemuan itu.

”Jika Korut tak puas atau menolak hasil pertemuan itu, kita akan kembali hidup dalam ketakutan yang konstan, terutama kekhawatiran akan adanya provokasi militer di wilayah perbatasan,” ujar Paik.

Lebih lanjut, dalam salah satu pemberitaannya, surat kabar Pemerintah Korut, Rodong Sinmun, Senin (29/4), menuduh latihan perang yang digelar menjadi faktor penyebab utama yang bisa membawa krisis di Semenanjung Korea berubah menjadi perang nuklir. ”Para penghasut perang, AS dan Korsel, harus ingat mereka tak akan bisa lolos dari malapetaka mengerikan jika mereka mulai memicu perang nuklir melawan DPRK (Korut),” tulis surat kabar itu.

Sebelumnya, AS dituduh akan menjatuhkan bom nuklir ke Korut saat mendatangkan pesawat pengebom B-52s dan pesawat siluman B-2 dalam latihan perang kemarin. (AP/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com