Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capriles Batalkan Demo

Kompas.com - 18/04/2013, 03:12 WIB

Caracas, Rabu - Pemimpin oposisi Venezuela, Henrique Capriles, menjauhkan diri dari kekerasan jalanan pascapemilihan umum setelah tujuh orang tewas dalam bentrokan. Jatuhnya korban mengancam mengubah pertikaian soal hasil pemilu itu jadi krisis besar-besaran.

Sementara itu, sepanjang Selasa (16/4), pemerintah mengisi gelombang udara Venezuela dengan serangan pada Capriles, yang mereka sebut mengobarkan kekerasan.

Capriles dijadwalkan memimpin sebuah unjuk rasa ke Dewan Pemilu Nasional (CNE) pada Rabu. Protes itu untuk menuntut penghitungan ulang setelah hasil resmi memberi kemenangan tipis pada Nicolas Maduro, penerus pilihan almarhum pemimpin sosialis Hugo Chavez.

Namun, Capriles membatalkan unjuk rasa tersebut pada Selasa. Menurut dia, pemerintah telah merencanakan untuk ”menginfiltrasi” unjuk rasa itu, memulai kerusuhan, dan menyalahkan dirinya.

”Kepada semua pengikut saya... ini adalah sebuah pertengkaran damai. Siapa pun yang terlibat dalam kekerasan bukanlah bagian dari proyek ini, tidak bersama saya,” kata Capriles kepada wartawan. ”Ini merugikan saya.”

Pemerintah sebelumnya mengatakan, tujuh orang tewas pada Senin. Mereka menuduh para pendukung Capriles menyerang kantor Partai Sosialis yang berkuasa serta orang-orang yang merayakan kemenangan Maduro.

Maduro sebelumnya menuduh pihak oposisi mencoba menggerakkan kudeta dan menegaskan bahwa dia tidak akan mengizinkan unjuk rasa berlangsung. Pemerintah mengancam tindakan hukum terhadap Capriles.

Pemerintah mengklaim sekitar 135 orang ditangkap dan lebih dari 60 orang cedera dalam bentrokan penuh kekerasan pada Senin. Di antara korban termasuk seorang perempuan yang dicoba dibakar hidup-hidup oleh massa.

Gas air mata

Di salah satu kawasan elite di Caracas, polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan kelompok pemuda bertopeng. Para pemuda itu berteriak ”curang” saat memblokade jalan, membakar ban, dan melempari polisi dengan batu.

Demonstrasi berlangsung lebih tenang sehari kemudian, saat ribuan pengikut Capriles mengadakan demo damai di luar kantor CNE di seluruh negeri.

Capriles mengatakan, pemerintah bertanggung jawab atas kekerasan itu karena tidak mengabulkan permintaan kubunya untuk penghitungan suara ulang secara penuh.

CNE memutuskan Maduro menang dengan perolehan 50,8 persen suara berbanding 49,0 persen suara untuk Capriles. Presiden baru Venezuela itu akan dilantik pada Jumat.

Maduro sempat menuduh kekerasan itu didanai dan diatur oleh Amerika Serikat, yang mengatakan tidak akan mengakui kemenangan dia tanpa penghitungan suara ulang seperti yang dituntut Capriles.

Tidak jelas apakah kekerasan itu separah yang diklaim oleh Maduro. Setiap hari terjadi 40 pembunuhan. Venezuela memiliki rata-rata 40 pembunuhan setiap hari, salah satu yang tertinggi di dunia. Pemerintah tidak memberi penjelasan lebih lanjut soal korban tewas, yang menurut Maduro disebabkan ”geng-geng neo-Nazi”.

Capriles mengatakan, serangan pemerintah itu merupakan tabir asap untuk mengalihkan perhatian dari tuntutannya untuk penghitungan suara ulang. CNE menyebutkan, pada pemilu 14 April itu, Maduro unggul dengan perbedaan 262.000 suara dari 14,9 juta suara yang sah.

Walau pemerintah mengeluhkan kekerasan oleh pendukung Capriles, intimidasi dari kelompok propemerintah juga terjadi. Seorang wartawan AP menyaksikan geng motor propemerintah mengamuk di Teques, Negara Bagian Miranda yang dipimpin Capriles. Mereka melempar bom ke kantor partai oposisi dan menjarah sebuah toko roti yang, menurut mereka, dimiliki pendukung Capriles. (Reuters/AP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com