Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas PVMBG Dampingi Petani Dieng

Kompas.com - 15/04/2013, 03:41 WIB

Jakarta, Kompas - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono meminta anggota stafnya di lapangan mendampingi petani Dieng yang beraktivitas di zona bahaya, radius 1.000 meter dari Kawah Timbang. Walau aktivitas Kawah Timbang mulai turun, statusnya tetap Siaga dan sewaktu-waktu bisa menyemburkan gas beracun.

Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Minggu (14/4) pukul 06.00-12.00, terpantau dua kali gempa berfrekuensi rendah di sekitar Kawah Timbang. Kepala Pos Pengamatan Gunung Dieng Tunut Pujiharjo menyatakan, dari Kawah Timbang masih keluar asap putih tipis-tebal dengan tekanan lemah, setinggi 50-100 meter dari permukaan tanah.

Bau belerang tidak tercium pada jarak 1.000 meter arah barat dan 1.500 meter arah selatan dari Kawah Timbang. Pengukuran gas beracun pada 5-10 meter dari Kawah Timbang tidak terdeteksi adanya gas beracun.

Pemantauan di Kawah Sileri pada pukul 08.05 menunjukkan, asap putih tipis bertekanan lemah hingga 5-15 meter. Warna air kawah kelabu tua dan volume air sedikit dengan tinggi bualan 0,2 meter. Suhu air kawah dilaporkan 51,9 derajat celsius, derajat keasaman air 5,42, dan suhu udara 23,6 derajat celsius.

Surono mengatakan, sekalipun konsentrasi karbon dioksida (CO2) di udara mulai turun, status Kawah Timbang masih membahayakan dan akan terus dipantau intensif. ”Gempa vulkanik masih cukup tinggi. Asap dari Kawah Timbang sekarang tegak sehingga gas beracun tidak mengalir ke lembah,” katanya.

Namun, kata Surono, konsentrasi CO2 dalam tanah di kedalaman 0,2-0,5 meter di sekitar Timbang masih tinggi. Berdasarkan tragedi 1979, letusan di Kawah Sinila menyebabkan banyak orang tewas di sekitar Kawah Timbang. Hal itu kemungkinan karena gas keluar dari rekahan di sekitar Kawah Timbang.

Di sisi lain, menurut Surono, PVMBG tidak bisa menutup mata dengan kenyataan banyaknya buruh petani yang nekat menerobos zona bahaya karena mereka bergantung pada pendapatan harian. ”Saya terapkan win- win solution, warga boleh beraktivitas dalam radius 1.000 meter dari Kawah Timbang,” katanya.

Beberapa syaratnya, tidak ada gempa vulkanik dalam 6 jam terakhir yang dapat memicu keluarnya gas beracun. Matahari bersinar terik di sekitar Kawah Timbang. Pada saat beraktivitas dalam radius 1 kilometer, tiba-tiba ada gempa vulkanik, petani harus segera menyingkir.

”Aktivitas harus didampingi tim ahli dengan tabung oksigen dan alat pengukur gas. Bila tim menyatakan, harus segera meninggalkan radius bahaya, masyarakat harus mengikuti,” katanya.

Keputusan ini diambil Surono setelah Kamis dan Jumat datang ke Dieng untuk memantau situasi.

Pengungsi Karangetang

Dari Sulawesi Utara dilaporkan, Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Sitaro, terus menyemburkan lava cair. Sempat ada awan panas melewati lembah. Petugas pengamatan Gunung Api Karangetang dan Gunung Ruang, Daniel Hinondaleng, Minggu, mengatakan, semburan lava Karangetang memaksa 300 warga mengungsi.

Asisten Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Sitaro, Herry Bogar mengatakan, pengungsian besar-besaran warga terjadi Jumat pekan lalu. Pengungsi sebagian besar dari kaki gunung Karangetang yang berjarak 600 meter dari puncak.

Semula warga agak tenang ketika Karangetang berhenti menyembur sehingga masyarakat kembali ke rumah. ”Hari ini banyak warga mengungsi. Mereka ditampung di rumah ibadah dan balai desa,” katanya.

Hinondaleng mengatakan, aktivitas vulkanik Gunung Karangetang terus berlangsung. Menurut dia, lelehan lava di puncak gunung tambah tebal sehingga muncul awan panas bersuhu 1.000 derajat celsius. (AIK/ZAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com