Trauma dan shock
Dini Suriyati (45), bersama suami dan dua anaknya serta ibunya, sama sekali tidak menyangka di awal memasuki liburan dari Bandung, Jawa Barat, ke Bali disambut petaka. Dini tersentak dengan pemandangan gelap dari luar kaca pesawat Lion, ruangan pesawat terang dan tiba-tiba air memasuki badan pesawat.
”Pilot sempat menyampaikan akan mendarat. Jadi, saya juga tidak ada prasangka apa-apa. Namun, tiba-tiba seperti terbentur keras, di luar gelap dan air pun masuk ke dalam badan pesawat dari belakang,” kata Dini ketika ditemui di Rumah Sakit Kasih Ibu, Kedonganan, Jimbaran, Kabupaten Badung, kemarin petang.
Ia tak mengalami luka. Namun, seorang anaknya memar di sekitar kepala karena terbentur ketika insiden itu terjadi. Dini hanya berharap liburannya bisa tetap berjalan lancar. Ia pun tak lagi memikirkan tas-tasnya di bagasi yang entah ke mana. ”Selamat semua keluarga saja itu sudah bersyukur, Mbak,” ucapnya seusai diperiksa dokter.
Gangguan psikis juga dialami I Putu Bavita Kurniawan (32), penumpang lain. Dia mengaku merasakan pesawat terguncang selama dua menit sebelum jatuh ke laut. Putu pun terpental ke depan dan dadanya menghantam kursi.
”Dada saya sampai terasa sesak, sakit,” kata Putu, penumpang pesawat asal Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali, saat ditemui di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Sabtu malam.
Tidak berselang lama setelah benturan terjadi, Putu melihat air sudah masuk ke kabin pesawat. Putu dan penumpang di sebelahnya masih terdiam di tempat duduk. Mereka tidak mendapatkan pemberitahuan atau informasi apa pun dari awak pesawat tentang peristiwa yang baru mereka alami.
Hingga akhirnya pintu pesawat dibuka, Putu dan penumpang lainnya bergegas keluar dari pesawat. Pesawat Lion Air rute Bandung-Denpasar yang mereka tumpangi itu ternyata mendarat dan berada di laut. ”Itu sungguh mengagetkan dan membuat kami sangat panik,” ujarnya.
Putu menuturkan, bersama dua temannya, Leli Widiawati dan Stefani, Putu berangkat dari Bandung dengan tujuan Denpasar. Leli, yang duduk di sebelah Putu, mengaku takut lantaran tidak bisa berenang meskipun sudah memakai pelampung.
”Saat keluar dari badan pesawat kami pun masih ketakutan. Namun, kami hanya punya satu tekad, yakni harus segera menuju ke darat untuk bisa selamatkan diri. Jadi, meskipun dada saya sangat sakit, saya terus berenang menuju darat sejauh sekitar belasan meter,” kata Putu yang bersama sejumlah penumpang sempat dirawat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Sanglah.