Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Mesuryak Antarkan Dewata ke Nirwana

Kompas.com - 09/04/2013, 15:43 WIB

Oleh I Ketut Sutika

Sejumlah desa pekraman (adat) di Bali memiliki tradisi yang unik dan khas dalam merayakan Hari Suci Kuningan, rangkaian dari Hari Galungan yang bermakna memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan).

Perayaan yang digelar setiap 210 hari sekali itu, berakhir dengan tradisi yang khasdiwarisi secara turun temurun. Desa Adat Klusa di Kecamatan Payangan misalnya menggelar tajen  (sabung ayam) massal yang melibatkan seluruh warga setempat.

Demikian pula desa adat Tiying Gading, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan mempunyai tradisi menggelar tajen di halaman pura dukuh setempat.

Sedangkan warga Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung menggelar tradisi "mekotek" untuk kelengkapan upacara "Ngerebeg" yang melibatkan seluruh pria usia 13-60 tahun.

Warga masyarakat desa adat Bongan Gede, Kabupaten Tabanan memiliki tradisi yang tidak kalah menariknya "Mesuryak" atau bergembira ria bersama, sambil menghamburkan uang ke udara, yang bermakna mengantar kembali leluhurnya ke alam nirwana.

Tradisi yang diawali dengan kegiatan ritual di masing-masing keluarga itu menurut Ketua Desa Adat Bongan Gede I Made Wardana merupakan puncak dari perayaan Galungan dan Kuningan dengan cara melempar uang ke udara secara bersamaan, dan di pihak lain berisiap-siang menangkapnya, dan hal itu telah dilakukan secara turun temurun.

Masyarakat setempat percaya dan yakin ritual "Mesuryak" mampu mengantarkan kelulurnya yang turun ke bumi Dewata selama sepuluh hari antara  Galungan dan Kuningan kembali ke sorga dengan lapang dada, karena melihat keturunannya bergembira, saat melepasnya kembali ke alam sorga.

Dulunya atraksi "Mesuryak" hanya dengan melempar uang kepeng ke udara. Namun seiring dengan perkembangan, di mana uang kepeng semakin sulit diperoleh diganti dengan uang dengan nilai nominal Rp1.000, Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, Rp50.000 bahkan lembaran Rp100.000.

Melempar uang ke udara yang kemudian direbut oleh warga lainnya yang tidak bisa diminta kembali, tergantung dari keikhlasan dan kemampuan dari masing-masing keluarga.

Bahkan ada dari keluarga yang mampu pada tradisi "Mesuryak" itu  menghambur-hamburkan uang sampai  jutaan rupiah, yang secara otomatis luapan kegembiraan  semakin seru, mengundang warga lainnya dari semua umur untuk ikut berebut dalam "hujan uang" itu.

Meskipun demikian tetap mengutamakan keselamatan warga, jangan sampai ada yang terjatuh dan terinjak hingga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, ujar  I Made Wardana.

Peserta terbatas
Desa adat Bongan Gede di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan,  Bali itu terdiri atas sebelas banjar, masing-masing melakukan kegiatan serupa yang pesertanya terbatas dari kalangan keluarga atau ada hubungan kekeluargaan dalam satu banjar tersebut.

Tradisi "Mesuryak" dilakukan di depan pintu masuk rumah tangga keluarga setelah usai melakukan persembahyangan di tempat suci (merajan) rumah tangga masing-masing. Kegiatan itu mulai dari keluarga yang rumahnya paling ujung terus berlanjut secara bergantian hingga berakhir di rumah paling ujung.

Ritual "mesuryak" menurut Wardana diwarisi secara turun temurun hingga kini tetap lestari bertepatan dengan Hari Raya Kunungan, yang kali ini jatuh pada hari Sabtu (6/4).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com