Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melindungi Karst dari Eksploitasi

Kompas.com - 05/04/2013, 03:48 WIB

Hampir dua kali setiap bulan, sebanyak 70 anggota LBM mengidentifikasi keberadaan goa. Identifikasi biasanya dilakukan beberapa kelompok yang menyebar ke berbagai arah. Aktivitas itu cukup menantang mengingat kondisi medan di Rammang-Rammang umumnya berupa perbukitan dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.

Namun, dengan penuh semangat, anak-anak LBM menelusuri goa dengan berjalan kaki hingga berjam-jam ataupun memanjat tebing apabila goa berada di ketinggian. Mereka secara sukarela menyisihkan sebagian pendapatan untuk biaya operasional. ”Biasanya anggota yang sudah bekerja menyumbang Rp 150.000-Rp 500.000 per bulan. Bagi yang masih kuliah, ya, seadanya,” kata Ilham.

Para anggota LBM melakukan semua itu secara swadaya karena menyadari peran penting karst tak hanya sebagai laboratorium alam yang berisi artefak manusia purba, tetapi juga jadi sumber kehidupan. Suhardi (32), misalnya, masuk LBM dua tahun lalu karena prihatin dengan warga di sekitar pabrik semen Bosowa yang terganggu dengan suara bising dan debu.

Selain eksplorasi, LBM rutin membersihkan lingkungan goa dari ilalang dan lumut. Kondisi yang lembab membuat lumut tumbuh subur di dinding goa. Jika dibiarkan, lumut berpotensi merusak lukisan prasejarah yang berumur ribuan tahun.

Aktivitas itu sering kali dilakukan bersama warga setempat dan siswa sejumlah SMP dan SMA di Maros melalui kemah bakti. Kegiatan itu bertujuan menumbuhkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

Upaya melindungi karst Rammang-Rammang tak sekadar urusan menjaga peninggalan prasejarah. Lebih dari itu, karst menjadi sumber kehidupan masyarakat karena fungsinya sebagai penampung air untuk air bersih dan sumber irigasi.

Deretan bukit karst Rammang-Rammang membentuk benteng alam yang memagari dusun berpenduduk 1.200 jiwa. Selama ini kekeringan nyaris tak pernah dialami warga Dusun Rammang-Rammang yang umumnya bertani. Air mengalir deras di antara pematang sawah. Kolam-kolam di sekitar perbukitan karst digenangi air bening.

Menurut Daeng Jalla (43), salah satu petani, sumber air dari karst digunakan untuk menanam padi hingga tiga kali setahun. Saat panen musim tanam rendeng bulan lalu, ia menuai 6 ton padi dari lahan seluas 1 hektar miliknya. Rammang-Rammang bahkan menjadi salah satu lumbung beras di Maros.

Ketika bencana puting beliung menghancurkan ratusan rumah di Maros dua tahun lalu, kawasan Rammang-Rammang relatif aman. Padahal, rumah panggung milik warga umumnya berada di atas pematang sawah yang jaraknya berjauhan satu sama lain. Rupanya perbukitan karst yang mengelilingi kampung menjadi benteng alam kokoh terhadap angin kencang.

Perjuangan Ilham dan kawan-kawan selama ini mulai membuahkan hasil. Meski belum ditetapkan sebagai zona lindung khusus oleh Kementerian Kehutanan, Pemerintah Kabupaten Maros telah menjadikan Rammang-Rammang sebagai obyek wisata prasejarah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com