Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLN Semena-mena Padamkan Listrik

Kompas.com - 03/04/2013, 03:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Ketua Himpunan Layanan Konsumen Indonesia Firman Turmantara menilai, pemadaman bergilir yang dilakukan PLN adalah tindakan semena-mena. Hal itu bisa dilaporkan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

”Pemadaman dilakukan sementara tarif tenaga listrik naik sampai 3 kali dalam setahun,” kata Firman.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalimantan Timur mendesak PLN dan pemerintah mengurungkan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Apalagi di Kaltim, para pengusaha direpotkan pemadaman listrik.

”Mulai 1 April ini, tarif listrik akan naik 6 persen dan sepanjang tahun ini bertahap hingga kenaikannya 15 persen. Kalau tarif naik, meski bertahap, kami pun harus menaikkan harga barang untuk menyesuaikan,” ujar Slamet Brotowiswoyo, Ketua Apindo Kaltim, Selasa (2/4).

Kenaikan TTL dalam kondisi listrik yang sering padam menjadi salah satu kendala masuknya investor ke Kalimantan Selatan. Kepala Kantor Pelayanan dan Perizinan Terpadu Provinsi Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, sejumlah investor menunda berinvestasi setelah tahu bahwa kondisi listrik di provinsi ini masih tidak kondusif.

Pemadaman berakhir

Sementara itu, PT PLN sejak Selasa sudah menghentikan pemadaman bergilir di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, menyusul datangnya tambahan pasokan listrik dari PLTU Labuhan, Banten.

Berakhirnya pemadaman itu juga berkat partisipasi para pelanggan mengurangi pemakaian listrik secara signifikan sehingga meredam dampak perbaikan menara saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Menurut Supervisor Humas PT PLN Distribusi Jawa Barat-Banten Agus Yuswanta, PLTU Labuhan sejak Senin (1/4) pukul 17.15 mengirimkan pasokan daya sebesar 250 megawatt ke interkoneksi Jawa-Bali. Dampak dari perbaikan menara SUTET di Desa Cikahuripan, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, menyebabkan pasokan listrik untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta harus ditekan hingga 400 megawatt.

”Terima kasih atas partisipasi pelanggan, baik umum, industri, maupun bisnis, dalam mengurangi penggunaan listrik. Pengurangan ini berkontribusi banyak dalam mengurangi dampak pemadaman,” ujar Agus, di Bandung, Selasa.

Hal senada dikemukakan Manajer Senior Komunikasi Korporat PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Bambang Dwiyanto, kemarin, di Jakarta.

Terkait pekerjaan perbaikan menara SUTET di Sumedang yang dimulai sejak Kamis (28/3) pukul 22.00, semula PLN merencanakan melakukan pemadaman bergilir pada hari kerja Senin-Jumat (1–5 April 2013). Namun, pemadaman bergilir dapat dikurangi melalui optimalisasi pembangkit-pembangkit di wilayah barat Pulau Jawa.

Sebelumnya PLN memprediksi beban di ketiga provinsi tersebut pada siang hari sebesar 13.500 MW, tetapi realisasinya hanya sekitar 13.000 MW. Terdapat penurunan sekitar 500 MW yang menunjukkan peran serta aktif pelanggan dalam penghematan pemakaian listrik.

Perbaikan menara SUTET nomor 86 itu diperkirakan rampung pada 5 April mendatang. PLN harus memindahkan menara tersebut menyusul temuan pergeseran tanah di atas dua tapak menara. Pemindahan dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih parah lagi, yakni menara roboh.

Kerusakan menara itu terjadi akibat ada pergeseran tanah di sekitar fondasi. Dua tapak menara bergeser sehingga menara bengkok dan rawan roboh. Kondisi ini dipicu tingginya curah hujan beberapa bulan terakhir. ”Pengerjaan ini harus dilakukan demi menghindari kerusakan lebih parah yang mengganggu distribusi tenaga listrik,” katanya.

General Manager Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa-Bali E Haryadi menambahkan, SUTET Mandirancan-Bandung terdiri dari dua sirkuit. Keberadaan SUTET ini sangat penting karena wilayah barat Jawa butuh transfer listrik rata-rata 2.500 MW dari wilayah tengah dan timur Jawa, 1.700 MW di antaranya dipasok melalui Mandirancan-Bandung Selatan dan sisanya via Tasikmalaya-Depok.(DMU/ELD/PRA/WER/EVY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com