Jakarta, Kompas -
Proyek senilai 400 juta dollar AS itu diperkirakan akan dimulai tahun depan, setelah tahapan studi kelayakan, penghitungan bisnis, dan tahapan lain selesai dilakukan.
Namun, kesepakatan kerja sama public private partnership antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Korea Midland Power (KMP) sudah ditandatangani di Jakarta, Senin (1/4).
”Kerja sama ini pertama kali dilakukan antara Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) dan swasta asing untuk mengolah sumber daya air. Kerja sama ini akan menguntungkan karena akan meningkatkan ketahanan energi kita,” kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto seusai penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan Duta Besar Korea Selatan Kim Yung-sun.
Pembangunan waduk dan pembangkit listrik akan dibiayai oleh KMP, lalu listrik yang dihasilkan akan dijual KMP kepada Perusahaan Listrik Negara.
”Kami belum menghitung berapa lama konsesi yang akan diberikan, lalu bagaimana jika listrik yang dijual tidak bisa menutupi biaya pembangunan. Ini masuk ke studi kelayakan,” kata Djoko.
Waduk yang akan dibangun ini mempunyai kapasitas yang hampir sama dengan Waduk Jati Gede Sumedang, tetapi akan menghasilkan listrik 2,5 kali lebih besar daripada Waduk Jati Gede.
Sementara itu, Direktur Jenderal SDA Mohammad Hasan mengatakan, waduk yang akan dibangun akan menampung aliran air Sungai Barito sebesar 880 juta kubik. ”Dari potensi SDA ini listrik yang akan dihasilkan sebesar 280 megawatt,” kata Hasan.
Choi Pyeong-rak, Presiden Direktur KMP, mengatakan, proyek di Muaro Juloi ini akan menjadi proyek listrik keempat. ”Proyek kami lainnya ada di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Cirebon,” katanya.
Djoko menjelaskan, Indonesia merupakan negara kelima di dunia yang mempunyai cadangan SDA terbesar. Potensi cadangan SDA sebesar 3.900 miliar meter kubik per tahun. Cadangan itu tersebar dalam 8.000 aliran sungai dan 521 danau.