Jakarta, Kompas -
Kepala Pusat Vulkanologi
”Letusan Lokon sudah agak jarang, tapi lebih berenergi. Letusan dengan dentuman kuat. Asap letusan magmatik lebih tinggi, getarannya kuat, dan udara kejutnya menggetarkan kaca-kaca jendela Pos Lokon sejauh 6 km dari letusan,” kata Surono.
Lokon ditetapkan Awas sejak 10 Juli 2011, meletus pertama 14 Juli 2011. Statusnya turun menjadi Siaga (III) sejak 24 Juli 2011. Kini, gunung berjarak 5 km dari Tomohon dan 40 km dari Manado ini tidak stabil. Sejak Juli 2011, terjadi lebih dari 800 kali letusan.
Lokon diperkirakan di fase awal pembentukan kerucut gunung api, ditandai letusan eksplosif. Produknya berupa jatuhan dan aliran awan panas. Belum ada lava. Gunung ini merupakan gunung api muda yang terbentuk pascaletusan gunung api purba hingga membentuk Kaldera Tondano dua juta tahun lalu.
Saat ini, letusan Lokon sudah agak jarang sehingga gunung ini memiliki waktu untuk akumulasi energi. Kemungkinan lain, sumber magma sudah dalam sehingga perlu waktu lebih lama antara dua letusan. ”Kami akan mempelajari lebih lanjut data seismik dan deformasi,” kata Surono.
Perkembangan aktivitas Dieng, menurut Surono, dipantau intensif mengingat padatnya permukiman di sekitar zona bahaya. Sepanjang Senin (18/3), terekam sembilan kali gempa vulkanik dalam di Dieng.
Luncuran uap air yang bercampur gas CO
Walaupun terdeteksi CO
Dari Banjarnegara dilaporkan, warga sekitar Kawah Timbang menggelar ronda malam guna mengantisipasi jika terjadi peningkatan status Dieng. Warga mengaku siap mengungsi jika ada instruksi dari pemerintah setempat. Hal itu dikatakan Kepala Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, Ibrahim.