Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Itu Tak Berdaya Digerogoti Tumor Ganas

Kompas.com - 20/03/2013, 02:56 WIB

Sidney (9) tergolek lemah di kasur, di ruang tamu rumahnya, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/3). Tiap hari, kehidupannya hanya seluas kasur itu, mulai dari urusan makan hingga buang hajat. Tubuhnya kurus. Tulang lengan dan tulang kakinya terlihat menonjol. Hanya kulit membalut tulang.

Ia berusaha menutupi tumor ganas sebesar bola basket di lutut kirinya dengan bantal hijau. Sang bunda, Tina Hayati (42), duduk di lantai, di samping anaknya. Sesekali ia mengipasi anaknya. Ia berusaha menenangkan putrinya yang merasa terganggu tiap kedatangan tamu. Setiap ada tamu berkunjung, ia berupaya menyembunyikan wajahnya ke bantal.

”Anak saya sudah lima bulan terbaring di kasur. Awalnya, dia masih bisa diajak ke kamar mandi untuk buang air. Belakangan, ayahnya kasihan menggerakkan kakinya,” tutur Tina di rumahnya yang sederhana di Sindangrasa, Kecamatan Bogor Timur.

Sidney sudah berkali-kali mengeluh bosan berbaring di kasur. Satu-satunya hiburan hanya tayangan televisi di ruang tamu. Menurut Tina, anaknya sudah ingin kembali bersekolah dan bisa bermain di pantai, berlari-lari di pasir yang hangat. Ia memang terbilang cukup pandai. Saat kenaikan kelas III, kata Tina, anaknya mendapat peringkat dua di kelasnya.

Kemoterapi

Delapan bulan lalu, Sidney terjatuh dari sepeda. Lutut kirinya membengkak, tetapi tak terlalu besar. Ayahnya membawa Sidney ke tukang urut. Beberapa hari kemudian, kondisinya membaik dan Sidney kembali bisa bersekolah.

”Setelah itu, lututnya semakin membengkak dan lima bulan lalu anak saya tidak bisa bergerak dari kasur. Oktober 2012, kami periksakan Sidney ke Rumah Sakit Palang Merah Indonesia, Kota Bogor, lalu dirujuk ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) di Jakarta,” tutur Tina.

Dokter memvonis Sidney mengidap tumor ganas. Dokter menyarankan pembedahan dan kemoterapi. Namun, mereka memilih pulang lebih dahulu begitu mendengar biayanya Rp 10 juta per kemoterapi.

Upah suaminya, Kusmara (44), sebagai buruh pabrik tekstil di Kota Bogor hanya sekitar Rp 2 juta per bulan. Tina pun tidak bekerja. Mereka juga harus membiayai uang sekolah kakak Sidney yang masih SMA. Sementara ini, mereka hanya memberi Sidney jamu, sebagai pengobatan alternatif.

”Kami mencoba membantu mengurus Jamkesda agar sebagian biaya atau seluruh biaya pengobatan Sidney bisa ditanggung pemerintah,” tutur Dace (47), ketua RT setempat.

Permohonan itu sudah dilengkapi surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, serta ditandatangani camat. Namun, saat mendatangi Dinas Kesehatan Kota Bogor, petugas yang menerima masih meminta surat keterangan dari perusahaan ayah Sidney bekerja, dan setelah itu tetap ditolak. Padahal, dalam surat keterangan perusahaan sudah ditegaskan, hanya pengobatan pekerja yang ditanggung. Istri dan anak karyawan hanya diganti maksimal Rp 75.000 per bulan, maksimal 18 bulan.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor Dede Rukasa berjanji akan menugaskan puskesmas memeriksanya, sebagai upaya jemput bola. Semoga saja ini benar, sehingga Sidney bisa mendapat pengobatan memadai. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com