Usia tak bisa dimungkiri. Beberapa gedung olahraga di kompleks Gelanggang Olahraga Ragunan tampak lusuh dimakan waktu. Di gedung bulu tangkis, tenis meja, voli, dan gulat, misalnya, atlet harus berlatih dengan fasilitas yang terbatas.
Di gedung-gedung olahraga itu, para atlet berlatih beralaskan lantai kayu yang terkelupas di sejumlah sisi. Langit-langit gedungnya lapuk dan dipenuhi kotoran di sejumlah sudut. Suasana pengap dan panas juga terasa saat memasuki ruang latihan itu. Penerangan pun minim karena beberapa lampu rusak dan pecah tanpa diperbaiki.
Padahal, sejak diresmikan
Kini, setelah 36 tahun berselang, sarana dan prasarana untuk 14 cabang olahraga di sana tak banyak berubah. ”Sekarang, kondisi fasilitas di sini tak banyak berubah, bahkan cenderung tertinggal dengan daerah lain,” ujar Joko Margo, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Unit Pengelola Gelanggang Olahraga Ragunan, saat ditemui Kompas, Rabu (13/3).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana merevitalisasi sebagian besar sarana dan prasarana di kompleks Ragunan, yang akan dimulai tahun ini. Ia yakin, jika rencana itu terealisasi, kejayaan kompleks olahraga seluas 17,2 hektar itu bakal lahir kembali.
Tak hanya fasilitas olahraga yang akan direvitalisasi, sekolah yang jadi tempat atlet menuntut ilmu dan membina karakter juga akan direnovasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta. Saat ini, di depan gedung sekolah lama, SMP/SMA Negeri 116 Ragunan (Sekolah Atlet Ragunan), telah dimulai pembangunan gedung sekolah baru, akan terdiri atas empat lantai.
Sekolah yang lama dirasa tak lagi mampu menampung sekitar 500 atlet, dari jenjang SMP hingga SMA, yang belajar di sana. Sebanyak 500 atlet itu terdiri dari sekitar 250 atlet Pemusatan Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Nasional dan 250 atlet PPLP DKI Jakarta. Setiap tahun jumlah itu tak berubah. Hal itu karena Sekolah Atlet Ragunan hanya menerima murid baru sesuai dengan jumlah murid yang lulus. ”Bila dalam tahun itu ada lima atlet renang yang lulus, kami hanya akan menerima lima atlet renang untuk mengisi kuota tersebut,” ujar Djamilah, Kepala Sekolah SMP/SMA Negeri 116 Ragunan.
Di sekolah, atlet mendapatkan pendidikan yang sama dengan sekolah umum. Hanya saja, jam sekolah mereka disesuaikan dengan jadwal latihan.
Sekolah menjadi elemen penting dalam pembinaan atlet muda. Dari waktu sekolah yang tak panjang itu, para atlet tak hanya dibekali pendidikan akademis, tetapi juga pendidikan karakter. ”Saat mengajar, saya berusaha menyisipkan motivasi dan pesan moral kepada atlet muda. Tujuannya, agar karakter nasionalis mereka sebagai atlet terbentuk sedari dini,” kata Yulies Andriana, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP/SMA Negeri 116 Ragunan.