”Penyelesaian selalu bersifat elitis. Di sisi lain, kultur di dalam TNI dan Polri belum benar-benar berubah. Reformasi struktural berhasil, tapi reformasi kultural gagal. Mindset (pola pikir) lama harus diubah,” tuturnya.
Akan tetapi, di sisi lain, kasus terakhir di OKU itu sebenarnya juga menunjukkan kekecewaan mendalam sekelompok aparat berbaju hijau terhadap polisi. Penyerangan itu diduga terkait peristiwa sebelumnya, yaitu aparat TNI yang melanggar lalu lintas diduga ditembak oleh polisi. Dugaan tindakan semena-mena oleh polisi terhadap masyarakat mungkin banyak terjadi.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane menilai, penyerangan itu harus dilihat latar belakangnya, yang tidak lepas dari perilaku polisi yang di luar kontrol, arogan, dan semena-mena.
Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Polri Komisaris
Polisi di tingkat paling bawah, lanjut Oegroseno, juga harus
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar, dalam petunjuk pelaksanaan tugas Polri, tidak diperbolehkan perilaku-perilaku polisi yang arogan atau berlebihan (overacting).(LOK/FER/ONG/EDN)