Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Aktivitas Lempeng Pasifik

Kompas.com - 07/02/2013, 02:41 WIB

jakarta, kompas - Gempa bermagnitudo 8 mengguncang Pulau Santa Cruz, Kepulauan Solomon, Pasifik, Rabu (6/2), memicu tsunami yang menewaskan beberapa orang. Gempa di zona subduksi ini memberi peringatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap tsunami bagi negara-negara lain, terutama Indonesia.

Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan, gempa terjadi pukul 01.12 GMT (08.12 WIB). Pusat gempa di kedalaman 5,8 kilometer. Sesaat setelah gempa, Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (PTWC) di Hawaii mengeluarkan peringatan ancaman tsunami destruktif di dekat pusat gempa.

Kantor berita Associated Press menyebutkan, ketinggian tsunami akibat gempa mencapai 1.5 meter, merusak lusinan rumah dan menewaskan beberapa orang di Pasifik Selatan.

Widjo Kongko, Koordinator Tsunami Working Group Balai Pengkajian Dinamika Pantai-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT), mengatakan, gempa yang mengguncang Solomon termasuk dangkal dan bertipe sesar naik. Energi yang dilepas setara 700 kali bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang. ”Ukuran rupture 140 x 35 kilometer, bergeser sekitar 10 meter,” katanya.

Gempa di Solomon kali ini unik karena diikuti dengan gempa susulan sangat banyak. ”Dalam waktu tujuh jam sejak gempa, terjadi 35 kali gempa di atas 5 Mw, dan terus terjadi sampai sekarang,” kata Widjo. ”Lokasi gempa sangat terlokalisir, kira- kira dalam area 160 x 160 km persegi.”

Laporan USGS menyebutkan, gempa terjadi di zona tumbukan Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Di kawasan ini, Lempeng Australia bergerak ke arah Lempeng Pasifik dengan kecepatan 94 milimeter per tahun.

”Zona subduksi di kawasan ini tegak lurus dan lokasi gempanya mengelompok di pojok, mirip dengan kondisi di Laut Banda, Maluku,” kata Widjo.

Lempeng Pasifik

Widjo mengatakan, secara statistik, Lempeng Pasifik rentan memicu gempa-gempa tinggi. Pada Maret 2011, zona subduksi Pasifik menimbulkan gempa dan tsunami besar yang melanda Tohoku, Jepang, dan menewaskan lebih dari 15.000 jiwa.

”Untuk wilayah Indonesia, kita mengkhawatirkan kawasan timur, yang berada di zona subduksi Pasifik dengan Lempeng (mikro) Filipina,” katanya.

Kawasan Indonesia timur, mulai Sulawesi, Maluku, sampai Papua, kata Widjo, memiliki dinamika geologi sangat kompleks. Lempeng Australia menumbuk dari selatan berkecepatan 7,5 cm per tahun. Dari arah Papua ke barat berkecepatan 9 cm per tahun. Ada juga Sesar Sorong dan kombinasi banyak sesar geser yang bergerak aktif.

Aktifnya pergerakan lempeng di kawasan ini dibuktikan lewat banyaknya gempa. Catatan Widjo, 100 tahun terakhir setidaknya ada 11 gempa bermagnitudo di atas 8 di wilayah itu. Di antaranya tahun 1904 (magnitudo 8,4), tahun 1916 (8,1), tahun 1932 (8,3), tahun 1938 (8,6), tahun 1950 (8,1), tahun 1963 (8,2), tahun 1971 (8,1), dan tahun 1979 (8,1).

Naturalis Georg Everhard Rumphius mencatat, gempa dahsyat disusul tsunami yang melanda Pulau Ambon dan Seram, 17 Februari 1674. Tsunami ini merupakan yang tertua yang pernah tercatat dengan rinci. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com