Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjaga Hutan Anggrek Hitam

Kompas.com - 05/02/2013, 03:08 WIB

”Kenapa mereka ribut? Setelah ramai orang, mereka baru mengklaim lahan hutan tersebut. Saya khawatir Murutuwu semakin terdesak oleh keberadaan perkebunan kelapa sawit,” katanya.

Rami yang berpenghasilan sebagai petani karet itu jengkel. Dia yakin, lahan hutan tersebut pasti sudah berubah menjadi perkebunan sawit jika tidak dipertahankan sekuat daya.

Masalah tersebut kemudian dimufakatkan melalui musyawarah desa. Rami sepakat, luas lahan yang dikelola keluarganya menjadi 5 hektar. Itu pun batas lahan milik Rami dan warga lain tidak jelas.

Meski demikian, ia tetap merawat tumbuhan anggrek di hutan. Dia seakan tak peduli apakah tanaman itu berada di lahannya atau bukan. Bagi Rami, tak ada keuntungan materi yang diperoleh dari kegiatan tersebut.

”Bahkan, kami harus keluar uang pribadi, entah sudah berapa jumlahnya. Belum lagi kalau menghitung tenaga yang dikeluarkan. Semua itu tak mengapa, demi kelestarian anggrek hitam,” tuturnya.

Rami semakin tergerak melestarikan anggrek hitam saat ibunya mengikuti Jambore Nasional Pramuka di Jakarta pada 1981. ”Waktu itu Ibu sempat berkunjung ke taman anggrek di Taman Mini Indonesia Indah. Setelah itu, niat kami melestarikan anggrek hitam semakin kuat,” ujarnya.

Alhasil, seiring berjalannya waktu, para peneliti, kru stasiun televisi, staf lembaga swadaya masyarakat (LSM), kolektor, sampai petani pun berbondong-bondong datang ke hutan anggrek tersebut. Peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), misalnya, datang pada 2005. Ada pula peneliti asing yang datang, seperti dari Meksiko, Jerman, dan Inggris.

”Mereka yang datang untuk mengambil anggrek tidak saya izinkan. Saya juga tidak mau menjual anggrek hitam. Saya sungguh cemas, lama-kelamaan anggrek hitam di Kalimantan bisa punah,” tuturnya. Mereka yang berniat mengambil anggrek umumnya datang dengan membawa karung, bahkan bermobil.

Selain itu, banyak pula pemetik anggrek yang masuk ke hutan secara diam-diam. Rami dan keluarganya tidak segan-segan menegur, bahkan memarahi siapa pun mereka. Kecemasan Rami terhadap pencurian kekayaan flora Indonesia itu muncul karena ia khawatir anggrek hitam akan dibawa ke luar negeri dan menguntungkan pedagang asing.

Status hutan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com