Denpasar, Kompas - Puluhan petani rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii)
Petani tak tahu harus bagaimana melawan para pengepul yang memainkan harga tersebut. Sementara pemerintah setempat belum mengatasi permainan pengepul itu.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Klungkung IGN Badiwasa, Jumat (18/1), mengatakan, pihaknya sulit membantu para petani. Alasannya, para petani telanjur terbelit dengan para pengepul.
”Ya, kami cuma bisa berharap pusat mau membantu membentuk koperasi di sana. Rumput laut Lembongan itu unggulan, tetapi sulit juga membantu,” katanya.
Cuaca buruk juga membuat petani merugi jutaan rupiah.
Yastika, Kepala Desa Jungut Batu, Nusa Lembongan, yang juga petani, mengharapkan pemerintah peduli terhadap nasib mereka. ”Dinas semestinya turun menengok kami,” ujarnya.
Adapun petani rumput laut di Provinsi Banten berharap pemerintah membangun pemecah gelombang untuk melindungi kawasan areal budidaya rumput laut.
Zaenuri (43), petani rumput laut Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, mengatakan, gelombang tinggi menyebabkan rumput laut rontok. Hal itu mengakibatkan hasil panenan rumput laut turun drastis.
Dalam kondisi normal, petani rumput laut rata-rata dapat memanen 5 ton rumput laut per petak. Ketika musim angin barat tiba, gelombang tinggi membuat petani hanya memanen 4 kuintal hingga 2,5 ton rumput laut per petak.
”Gelombang tinggi juga mengakibatkan puluhan tiang dan tali tambang pengikat rumput laut rusak dan putus. Kerugian yang saya alami sekitar Rp 2 juta per hektar,” ungkapnya.