Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Dikepung Wukong dan Dua Bibit Siklon

Kompas.com - 26/12/2012, 13:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wilayah Indonesia dikepung tiga pola tekanan rendah. Salah satunya sudah meningkat intensitasnya menjadi siklon tropis Wukong di Samudra Pasifik sebelah utara Papua atau perairan timur Filipina. Dua bibit siklon ada di Samudra Hindia barat daya Sumatera dan selatan Nusa Tenggara Barat. Kejadian ini menimbulkan gangguan cuaca untuk beberapa hari ke depan.

”Banyaknya uap air akibat tingginya suhu muka air laut membuat pola tekanan rendah dan siklon,” kata Kepala Subbidang Siklon Tropis pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab, Selasa (25/12/2012), di Jakarta.

Pusat Peringatan Siklon Tropis (Tropical Cyclone Warning Centre) Jakarta menyebutkan, posisi Wukong Selasa pukul 07.00 berada pada 10,1 derajat Lintang Utara dan 128,8 derajat Bujur Timur, sekitar 1.040 kilometer sebelah timur laut Bitung.

Kecepatan angin maksimum yang ditimbulkan mencapai 65 kilometer per jam. Pusat siklon bergerak ke arah barat dengan kecepatan 20 kilometer per jam.

Dampak Wukong meningkatkan intensitas hujan di Papua bagian utara, Maluku Utara bagian utara, Kalimantan Timur bagian timur laut, Kalimantan Selatan bagian timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat bagian timur. Gelombang laut di atas 4 meter berpeluang terjadi di perairan utara Halmahera, timur Filipina, dan Samudra Pasifik utara Halmahera.

”Wukong di utara ekuator, sedangkan posisi matahari sekarang berada di selatan ekuator. Seharusnya musim siklon tropis saat ini ada di selatan ekuator,” kata Fachri.

Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo mengatakan, hujan lebat diperkirakan awet hingga pekan depan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta dan sekitarnya. Hal ini karena pengaruh pertemuan dua arah angin, selatan dan utara, hingga terbentuknya dua pusat tekanan rendah di selatan ekuator.

”Pertemuan dua arah angin membentuk garis konvergensi dari Samudra Hindia di sebelah barat daya Sumatera hingga selatan Kalimantan menuju selatan Sulawesi,” kata Mulyono.

Bencana

Garis konvergensi inilah yang memicu pertumbuhan awan di Sumatera bagian barat, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Kurangnya daya dukung lingkungan akan mengakibatkan bencana seperti banjir dan tanah longsor.

Seperti dinyatakan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, hujan deras pada Senin lalu setidaknya mengakibatkan banjir dan longsor di Sumatera Barat mencakup Kabupaten Solok Selatan, Pasaman, Agam, dan Tanah Datar. Kejadian longsor di Nagari Pakan Rabaa Tengah, Kabupaten Solok Selatan, dilaporkan mengakibatkan tiga korban meninggal.

Hujan deras hari Senin itu juga menimbulkan banjir bandang dari Sungai Laju dan Sungai Silo di Dompu, Nusa Tenggara Barat. Sebanyak 567 keluarga (2.085 orang) mengungsi karena rumah mereka terendam banjir. (NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com