Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Distribusi Itik Distop Sementara

Kompas.com - 18/12/2012, 05:17 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Peternak itik di daerah rawan flu burung di Jawa Timur menghentikan sementara distribusi unggas ke luar daerah untuk mencegah meluasnya virus H5N1. Peternak fokus menjaga kesehatan unggas agar kasus kematian itik karena flu burung tidak meluas.

Langkah antisipasi ini ditempuh peternak di Kabupaten Blitar, Jombang, Kediri, dan Tulungagung, menyusul matinya belasan ribu itik dalam satu bulan terakhir di daerah tersebut.

Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia Jawa Timur Mujiono, Senin (17/12), mengatakan, lalu lintas distribusi itik dari daerah rawan flu burung sudah dihentikan. Distribusi dibuka kembali apabila keadaan sudah kondusif.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur Emmylia menambahkan, peternak itik dilarang mengeluarkan ternaknya selama 14 hari jika berada pada satu area dengan kandang yang pernah terjadi kasus flu burung.

”Peternak harus menjaga itiknya tetap di dalam kandang, sampai tak ada lagi itik yang ditemukan mati,” lanjutnya.

Aman dikonsumsi

Mangku Sitepu, mantan anggota Panel Ahli Komnas Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza, mengatakan, pemerintah harus mewaspadai kemungkinan menularnya virus tersebut ke manusia. Saatnya Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan bekerja sama.

Namun, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Jawa Timur Djaeli mengungkapkan, daging dan telur itik yang beredar di pasaran tetap aman dikonsumsi masyarakat asalkan terlebih dahulu dimasak hingga suhu 100 derajat celsius.

Sementara itu, kasus kematian itik di Jawa Tengah sudah menyebar di 22 dari 35 kabupaten/ kota di wilayah tersebut. Sejak September lalu, itik yang mati mencapai 61.800 ekor.

”Namun, jumlah itik yang mati relatif kecil dibandingkan populasi itik seluruh Jawa Tengah yang mencapai 8,1 juta ekor,” ujar Whitono, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah.

Terkait dengan itu, Dinas Peternakan Kabupaten Banyumas meminta 25.000-40.000 dosis vaksin flu burung kepada pemerintah pusat. Banyumas termasuk area jalur lalu lintas perdagangan unggas antarprovinsi.

Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia Rakhmat Nuryanto meminta pemerintah serius memantau perkembangan virus flu burung. Sebab, begitu virus tersebut bermutasi, vaksin yang selama ini diproduksi secara ketat dengan 4 strain tidak akan efektif lagi diaplikasikan. Diperlukan vaksin baru yang sesuai dengan karakter virus flu burung tipe baru tersebut.

(GRE/WSI/WHO/WIE/ILO/ODY/CHE/MAS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com