Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Sunda Merasa "Ceurik Getih"

Kompas.com - 24/11/2012, 02:49 WIB

Sumedang, Kompas - Orang Sunda, warga Jawa Barat, hanya bisa ceurik getih, menangis yang teramat sedih, menyaksikan perusakan Sungai Citarum yang terus berlangsung hingga saat ini. Pencemaran, terutama oleh limbah pabrik di sepanjang aliran Citarum, mulai dari Bandung Selatan, Kabupaten Purwakarta, hingga Kabupaten Karawang menghancurkan ekosistem sungai terpanjang di Jabar ini.

Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Sunda Syarif Bastaman mengatakan hal itu saat melantik pengurus Bamus Sunda Kabupaten Sumedang di Sumedang, Jabar, Kamis (22/11) malam. Ia juga prihatin dengan kerusakan hutan di kawasan Gunung Kareumbi, Sumedang, yang merupakan hulu sejumlah sungai di kawasan itu.

Syarif meminta Bamus Sunda Sumedang, yang diketuai Taufik Hidayat, memperhatikan kawasan lindung Gunung Tampomas di Sumedang. Menurut Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), gunung yang merupakan sumber air warga Sumedang itu dieksploitasi membabi buta sehingga urat-urat sumber airnya hancur.

Kesedihan urang Sunda yang sangat terhadap Citarum sebab sungai ini adalah situs kabuyutan warisan leluhur sekaligus jati diri dan harga diri ki Sunda (orang Sunda). Pada musim kemarau, kondisi sungai ini, terutama di sekitar Kecamatan Majalaya, Bandung Selatan, tergantung bahan pewarna yang dibuang dari pabrik ke sungai ini. Dari hulu jutaan ton sedimen turun, terutama di musim hujan, sebab kawasan hulu yang seharusnya hutan lindung berubah menjadi lahan pertanian semusim.

Ketua Umum DPKLTS Mubiar Purwasasmita menjelaskan, Jabar memiliki 40 daerah aliran sungai, tapi 75 persen rusak dan menuju kritis. Melihat fakta ini kepala daerah di Jabar seharusnya tanggap dan melakukan pemulihan. (dmu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com