Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayat di Kali Cideng Belum Lama Meninggal

Kompas.com - 08/11/2012, 16:17 WIB
Imanuel More

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Yogi alias Ines, waria yang tewas dalam keadaan tertidur di tepi Jembatan Kali Cideng, Setiabudi, Jakarta Selatan, ternyata belum lama meninggal dunia. Menurut saksi mata, Suhanda (34), sekitar dua jam sebelumnya, dia masih sempat bertemu Yogi.

"Sekitar pukul 06.00 pagi tadi dia masih sempat bangunin saya, minta dibikinin teh hangat," kata Anda, sapaan Suhanda, saat ditemui Kompas.com di lokasi kejadian, depan Gedung Allianz, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (8/11/2012).

Suhanda adalah pekerja harian Layanan Pembersihan Saluran DPU DKI Jakarta di Kali Cideng yang sehari-hari tinggal di salah satu kolong jembatan. Sementara itu, Yogi adalah waria yang sering mangkal di Jalan Terusan Kuningan, di dekat Waduk Setiabudi, pada malam hingga pagi hari. Keduanya "bertetangga" di bantaran Kali Cideng dalam setahun terakhir, sejak Yogi alias Ines menetap di situ.

Setelah memenuhi permintaan Yogi, Suhanda melakukan aktivitasnya membersihkan saluran air Kali Cideng mulai dari jembatan di dekat Gedung KPK hingga ke Waduk Setiabudi. Sekitar pukul 08.30, dia sampai di lokasi tempat Yogi tidur.

"Saya bangunin tapi sudah tidak ada. Badannya sudah dingin dan kaku," katanya.

Suhanda mengatakan, seminggu terakhir Yogi tidak lagi melakukan aktivitas melayani pria hidung belang lantaran sakit. Dalam kondisi tersebut, dia hanya tidur di tempat bermukimnya di bantaran kali atau kolong jembatan. Kebutuhan makan minumnya selalu dilayani oleh Suhanda.

"Seminggu terakhir cuma tiduran. Kalau perlu makan atau minum minta ke saya. Katanya sih kena tifus," kata Suhanda.

Menurut beberapa warga sekitar, pria berkulit putih dan bertubuh tinggi kurus dengan rambut panjang itu memang terlihat ringkih. Sebulan terakhir dia terlihat berjalan dengan langkah gontai dan pelan. Batuk keras pun menjadi dan kerap dianggap sebagai penanda kehadiran pria yang biasa dipanggil "Si Jangkung" atau "Si Banci" oleh warga sekitar.

"Sudah saya nasihati sejak bulan lalu supaya berhenti layanin cowok. Saya minta dia pulang dan istirahat. Saya tahu dia sudah kena penyakit kelamin," kata Cucu (39), pedagang makanan di dekat Gedung Allianz.

Dia mengisahkan, setahun lalu Yogi datang sebagai pendatang baru di wilayah tersebut dengan wajah yang bersih dan segar. Penampilannya masih terlihat lugu dengan rambut pendek dan celana panjang saat beroperasi di sekitar Waduk Setiabudi, di jalur penghubung Jalan Sultan Agung ke arah Jalan HR Rasuna Said.

"Lama-lama mulai pakai rok mini dan rambutnya dipanjangin," tutur Cucu.

Namun, beberapa bulan terakhir, Cucu melihat perubahan fisik pada tubuh waria itu. Selain langkah kaki yang menyerupai orang berumur, pada kulit wajah dan tubuh Yogi pun muncul bintil-bintil hitam. Batuk berdahak pun selalu menyertainya.

"Beda sama temannya, Sabrina dan Lola. Dia orangnya jorok, nggak pernah jaga kebersihan dan pakai pengaman (kontrasepsi). Mungkin karena itu dia kena," ucap Cucu.

Hal yang sama dibenarkan Neneng, pemulung yang kerap beristirahat di tempat Yogi berada. Menurut dia, Yogi kerap membuang hajat seenaknya, termasuk di dekat tempat dia tiduran sehari-hari. Yogi juga jarang mandi ataupun merawat diri.

"Paling, berias waktu mau mangkal saja. Waktu sakit juga nggak mau minum obat," kata Neneng.

Setelah menemukan kondisi Yogi tanpa nyawa, Suhanda lantas memanggil temannya, Menir, dan seorang wanita pemulung bernama Imas. Kondisi Yogi kemudian dilaporkan kepada petugas kepolisian yang sedang berjaga di lokasi penggusuran di samping Gedung Allianz. Jasad Yogi kemudian dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo untuk menjalani visum.

Hingga saat ini belum diketahui secara pasti identitas Yogi. Pihak kepolisian menyebut pria tersebut telah berusia 45 tahun. Data lain dari warga menunjukkan bahwa Yogi berasal dari Bogor.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com