Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Swasembada dengan Sapi Kembar

Kompas.com - 31/10/2012, 04:24 WIB

YUNI IKAWATI

Untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, Indonesia masih mengimpor sekitar sepertiga dari total kebutuhan. Agar mandiri, berbagai teknik reproduksi dikembangkan untuk meningkatkan populasi sapi. Salah satunya dengan teknik rekayasa genetika untuk mendapatkan kelahiran kembar.

Kebutuhan daging sapi di Indonesia meningkat dari 367.000 ton tahun 2009 menjadi lebih dari 420.000 ton tahun 2014. Peternak hanya mampu memproduksi 292.000 ton per tahun. Untuk itu, pemerintah masih harus melakukan impor.

Populasi sapi di Indonesia belum memadai. Sensus tahun 2011 oleh Badan Pusat Statistik, tercatat 15,4 juta ekor. Untuk meningkatkan populasi dan produksi daging sapi, pemerintah mencanangkan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2014. Targetnya, memenuhi 90 persen kebutuhan konsumsi daging sapi.

Secara alami, sapi betina hanya melahirkan seekor anak per tahun. Untuk memacu perkembangbiakan sapi, dilakukan serangkaian teknik rekayasa, seperti pemuliaan ternak, inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), dan mikromanipulasi embrio dengan rekayasa genetika. Hal itu dikatakan pakar bioteknologi reproduksi Baharuddin Tappa dari Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Inseminasi buatan dilakukan dengan menyuntikkan sperma ke rahim menggunakan alat bantu. Teknik ini diperkenalkan di Indonesia oleh Prof B Seith dari Denmark tahun 1953, dilanjutkan peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi LIPI bekerja sama dengan Peternakan Tri ”S”, Tapos, tahun 1990.

Adapun TE merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi. Sapi betina diberi hormon kesuburan sehingga menghasilkan sel telur dalam jumlah besar.

Sel telur kemudian dibuahi dengan spermatozoa sapi unggul melalui teknik IB. Embrio yang terbentuk ditransfer ke induk penerima sampai terjadi kelahiran. Menurut Syahruddin Said, peneliti Bioteknologi Reproduksi Ternak LIPI, selain dapat meningkatkan angka kelahiran, rekayasa ini juga memperbaiki mutu genetik.

Teknik baru

Sewindu lalu diintroduksi teknik baru untuk memacu perkembangbiakan sapi, antara lain teknik sexing (pemisahan kromosom X dan Y pada sperma) dan teknik rekayasa reproduksi kelahiran kembar. Demikian dikatakan Baharuddin, Kepala Laboratorium Reproduksi dan Kultur Sel Hewan Puslit Bioteknologi LIPI.

Uji coba pemberian semen kromosom X yang dihasilkan dari teknik sexing sperma dengan cara inseminasi buatan dilakukan di Jawa Barat untuk menghasilkan bibit unggul sapi perah (betina). Adapun penggunakan semen kromosom Y sapi Simental di Sumatera Barat bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi potong (jantan).

Dari hasil uji coba diperoleh persentase 80-90 persen dari anak yang lahir sesuai keinginan, jantan atau betina, kata Baharuddin.

Penerapan kombinasi teknik IB, TE, dan sexing sperma menghasilkan bibit unggul sapi perah di Jawa Barat serta sapi potong di Bali, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat. Dengan teknik tersebut, tiap sapi pejantan menghasilkan semen 10.000-20.000 dosis per tahun. Tahun 2010 dapat diproduksi 5,2 juta dosis semen beku. Jumlah semen itu dapat membuntingkan 2,6 juta sapi.

Sapi kembar

Teknologi reproduksi baru adalah menghasilkan kelahiran sapi kembar dengan kombinasi IB, TE, serta mikromanipulasi embrio dengan teknik pembelahan embrio.

Secara alamiah, kelahiran sapi kembar jarang terjadi. Menurut Baharuddin, frekuensi kelahiran kembar dari berbagai ras sapi sebesar 0,5-9 persen. Ada tiga cara agar sapi lahir kembar. Pertama dengan cara seleksi, yaitu mengawinkan sapi berketurunan kembar. Kedua secara genetik, dengan deteksi ada tidaknya gen kembar. Ketiga dengan manipulasi reproduksi, yakni pemberian hormon supaya menghasilkan lebih dari 1 sel telur untuk dibuahi dengan spermatozoa hasil pemisahan kromosom.

Embrio hasil pembuahan akan membelah menjadi dua sel setelah dua hari. Dengan mikromanipulator, dua sel berukuran sekitar 100 mikron itu dipisahkan, lalu dikultur empat hari hingga mencapai stadium blastula matang dan siap dimasukkan di sisi kiri dan kanan rahim.

Teknik lain, perpaduan IB dan transfer embrio. Secara simultan dilakukan pembuahan dengan kawin suntik dan pembuahan di luar. Setelah seminggu, embrio dari pembuahan luar dimasukkan di bagian rahim yang masih kosong.

Teknik rekayasa reproduksi mulai dilakukan tahun 2004. Untuk menghasilkan turunan kembar dari sapi perah, uji coba dilakukan di Jawa Barat, antara lain Garut, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Bogor. Untuk menghasilkan sapi potong dilakukan di Enrekang, Sulawesi Selatan; Payakumbuh dan Agam, Sumatera Barat; serta Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Meski teknik ini telah diaplikasikan secara komersial, masih ada faktor pembatas, seperti tingkat kerusakan pembelahan sel embrio masih tinggi. ”Kelemahan teknik ini terus diperbaiki dan diatasi dengan teknik transfer inti,” ujar Baharuddin, yang menjadi Ketua Kelompok Penelitian Bioteknologi Reproduksi sejak tahun 2001.

Dengan rekayasa genetika, perkembangbiakan sapi dapat dipercepat. Namun, itu saja tidak cukup. Diperlukan pengenalan teknologi pendukung kepada peternak, antara lain pemberian pakan dan obat serta pemeliharaan yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com