Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terduga Teroris di Palu Ikut Pelatihan Militer Pimpinan Santoso

Kompas.com - 28/09/2012, 08:49 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Terduga teroris Wendy Febriangga alias Hasan ditangkap di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tenggara, Kamis (27/9/2012). Wendy diduga mengikuti pelatihan militer di Poso, Sulawesi Tengah, pimpinan Santoso.

"Keterlibatannya sementara, antara lain ikut pelatihan di Poso pimpinan Santoso," ujar kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal (Pol) Boy Rafli Amar melalui pesan singkat, Jumat (28/9/2012).

Santoso adalah teroris paling dicari yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh polisi. Anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu diduga terlibat dalam sejumlah aksi teror termasuk dalam aksi penembakan tiga anggota Polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011. Wendy sendiri diduga kuat terlibat dalam jaringan Al Qaeda Indonesia pimpinan Badri Hartono (45) alias Toni.

Wendy memiliki kemampuan merakit bom seperti Badri. Bahkan, ia disinyalir ikut membuat bom pipa bersama Rudi Kurnia Putra (45), Barkah Saputra alias Nawa (24), dan Anggri Pamungkas (18) yang ditangkap bersama terduga teroris lainnya di Solo, Sabtu (22/9/2012) lalu. Sebagian besar terduga teroris yang belakangan ditangkap di Solo ini pun pernah mengikuti pelatihan di Poso sekitar tahun 2010 atau 2011.

Dalam penelusuran, jaringan teroris ini memiliki keterkaitan dengan jaringan lama. Badri diketahui adalah anak buah dari Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Urwah merupakan pengikut teroris Noordin M Top yang terlibat kasus pengeboman Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton beberapa tahun silam. Urwah sebelumnya pernah dihukum 3 tahun 6 bulan penjara pada 2004 karena terbukti menyembunyikan teroris berkewarganegaran Malaysia, Noordin M Top, di Surabaya. Kemudian, Urwah bersama Noordin M Top tewas dalam penyergapan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri di Solo pada 17 September 2009.

Selain Badri, Densus 88 juga menangkap Joko Tri Priyanto (45) atau Joko Parkit di rumah kerabatnya, Mondokan, Kecamatan Laweyan, Solo, Minggu (23/9/2012). Joko Parkit dikenal sebagai pemimpin Kelompok Laweyan, basis pendukung Noordin M Top di wilayah Solo. Sama seperti Urwah, Joko bebas pada 2007, setelah sebelumnya dihukum 3,5 tahun penjara karena menyembunyikan Noordin M Top seusai peledakan bom bunuh diri di Kedutaan Besar Australia.

Dengan ditangkapnya Wendy alias Hasan, maka Densus 88 tercatat telah meringkus 16 terduga teroris dari jaringan ini, termasuk di antaranya Muhammad Thorik (32) dan kawan-kawannya yang bertanggung jawab atas ledakan bom rakitan di markas mereka sendiri, yakni di Beji, Depok, Sabtu (8/9/2012) lalu. Dalam rentetan penangkapan dan penggeledahan di Jakarta, Depok, hingga Solo, polisi menemukan sejumlah barang bukti berupa senjata, bahan-bahan peledak, hingga bom rakitan yang siap diledakkan.

Di antaranya bom pipa dan bom rice cooker atau pemasak nasi otomatis. Bom rice cooker ini diduga memiliki daya ledak yang cukup dahsyat. Boy menjelaskan, target teror kelompok ini tak hanya kepolisian, tetapi juga area publik atau menyasar pada kelompok masyarakat.

Berita terkait aksi teror dapat diikuti dalam topik "Teroris Solo II".  Baca pula "Teroris Solo", "Ledakan di Depok", dan "Bahan Peledak di Tambora", dan "Bahan Peledak di Bojong"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Nasional
    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Nasional
    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Nasional
    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Nasional
    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

    Nasional
    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

    Nasional
    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

    Nasional
    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

    Nasional
    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

    Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

    Nasional
    Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

    Nasional
    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

    Nasional
    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

    Nasional
    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

    Nasional
    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com