Gresik, Kompas
Proses membatik dilaksanakan di bantaran Sungai Kalitengah di Desa Wringinanom, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik. Selain menumbuhkan kecintaan terhadap budaya batik, kegiatan ini juga mengandung pesan untuk melestarikan lingkungan. Tema-tema batik pun banyak mengenai alam seperti motif ikan-ikan, loh bandeng.
Membatik di sekitar bantaran sungai dengan pewarna alami diharapkan menjadi wisata ekologi. Di lokasi pembatikan, tidak hanya dikenalkan pada teknik membatik, tetapi juga pada bahan-bahan dari alam.
Penggagas batik di Sanggar Rumpaka Mulya, Desa Wringinanom, Anang Samsul Arifin, menuturkan pengunjung dapat belajar membatik.
Di bantaran daerah aliran Sungai Kalibrantas itu warga dan pengunjung bisa mengembangkan batik menggunakan pewarna alami dari akar mengkudu, kulit pohon salam, biji kesumba keling, dan akar atau kulit batang mangga. Penggunaan warna alami mengurangi pencemaran.
Saat ini ada empat motif batik khas Kali Brantas yang dikembangkan. Motif Kerto Waluyo mengandung arti kembali pulih dan menggambarkan keseimbangan alam berupa utuhnya rantai ekosistem sungai, yang menunjukkan pulihnya kualitas air Kali Surabaya.
Motif Tirto Waluyo melambangkan air sumber kehidupan, kemuliaan, dan kualitas hidup yang menjamin keberlangsungan makhluk lainnya.
Motif Puspo Condro Waluyo punya makna keberagaman tumbuhan di alam. Indikator kualitas lingkungan.
Motif Rumpoko Mulyo melambangkan keselarasan alam dan manusia yang membawa kemuliaan harmoni Bumi.
Salah seorang penggiat dari Komunitas Batik, Monique Perju, menuturkan, dia bersama tim sering keliling Jawa Timur untuk berbagi tentang batik. Namun, membatik dengan suasana harmoni alam dan dilakukan di tepi sungai hanya ada di Wringinanom.