Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademi Komunitas Jangan Menjadi Akademi Fantasi

Kompas.com - 13/09/2012, 02:03 WIB

Seperti diketahui, Pasal 16 dan Pasal 21 ada di bawah Bab II tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Bab IV berjudul Perguruan Tinggi. Anehnya, Bab III UU PT ini mencantumkan judul Penjaminan Mutu. Maka lengkaplah kontradiksi itu mengingat tidak runutnya penalaran yang dibangun lewat bab-babnya. Seolah-olah yang terkait dengan penjaminan mutu hanyalah penyelenggaraan pendidikan tinggi, sedangkan perguruan tinggi tidak dituntut apa pun berkaitan dengan penjaminan mutu.

Keunggulan lokal

Tulisan Wapres Boediono ”Pendidikan Kunci Pembangunan” (Kompas, 27/8/2012 hal 6) sangat inspiratif. Boediono menekankan perlunya melakukan sesuatu yang substantif bagi pendidikan kita dengan membekali mahasiswa tentang delapan kemampuan, yakni kemampuan berkomunikasi, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral permasalahan, menjadi warga negara yang efektif, mencoba mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas mengenai hidup, serta kesiapan untuk bekerja.

Dalam konteks AK sesuatu yang substantif (dan orisinal), menurut pendapat saya, tentulah terletak pada upaya menggali dan mengembangkan secara ilmiah keunggulan lokal yang dimiliki setiap daerah.

Pergulatan menemukan keunggulan lokal membutuhkan waktu panjang. Kalau tergesa-gesa, yang akan terjadi adalah meniru belaka substansi yang telah dirumuskan oleh suatu daerah. Sebutlah, misalnya, keunggulan lokal membatik atau ukir-ukiran daerah tertentu, sangat besar kemungkinannya akan menjadi keunggulan lokal daerah lain dengan dalih ”batik kami berbeda/khas”, atau bahkan menuduh ”batik kami paling asli, yang lain meniru kami”.

Keunggulan lokal harus menunjukkan sesuatu yang khas baik sebagai substansi ataupun produk. Oleh karena itu, sesuatu yang khas di komunitas kecil di suatu wilayah, dapat dikaji mendalam sehingga nantinya dapat menjadi ikon daerah tersebut.

Arah ke depan AK sebaiknya tidak ditekankan pada fantasi tentang kesiapan tenaga kerja Indonesia untuk bersaing di pasar global, tetapi untuk menciptakan pencinta-pencinta keunggulan lokal sehingga kelak mereka itulah yang akan memelihara, mengembangkan, dan meneruskan kebanggaan lokal lewat produk seni, budaya, makanan, hasil pertanian, dan seterusnya yang dikembangkan melalui AK.

Rasanya sudah sangat memadai kalau dua kemampuan terakhir—kemampuan memiliki minat luas mengenai hidup dan kemampuan memiliki kesiapan untuk bekerja—dipakai sebagai pemacu dan pemicu di AK yang akan didirikan di sejumlah daerah. Jauhkan mahasiswa AK dari fantasi-fantasi yang tidak realistis, sebaliknya tanamkan sekecil apa pun yang substansial bagi bangsa dan negara ini.

JC Tukiman Taruna Dosen Pascasarjana untuk Mata Kuliah Analisis Organisasi Pendidikan; Ketua Dewan Penyantun Unika Soegijapranata Semarang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com