Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indahnya Keberagaman di Banuroja, Gorontalo

Kompas.com - 18/08/2012, 15:54 WIB

Oleh Aris Prasetyo

KOMPAS.com - Memasuki gerbang Desa Banuroja, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, seolah-olah memasuki perkampungan umat Hindu. Hampir setiap rumah dilengkapi pura. Namun, nuansa Hindu mendadak berganti saat memasuki pusat desa. 

Tepat di depan balai desa, berdiri tegak dinding tembok bertuliskan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Pada Kamis siang pekan lalu tampak puluhan remaja putri mengenakan jilbab dan yang putra sebagian memakai kopiah. Para remaja putri dan putra itu adalah santri (murid) di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang terletak di seberang Kantor Desa Banuroja.

Ada sebuah masjid di salah satu sudut kompleks pesantren. Sekitar 100 meter dari pesantren, berdiri dua gereja, yakni Gereja Protestan Indonesia Gorontalo dan Gereja Pantekosta. Itulah Banuroja, sebuah desa multietnis dan agama yang berpuluh tahun hidup rukun.

Desa Banuroja terletak di bagian barat Provinsi Gorontalo, sekitar 250 kilometer dari Kota Gorontalo. Nama desa ini sesungguhnya merupakan akronim dari etnis yang bermukim di sana: Bali, Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, dan Jawa.

Selain ada empat etnis, di desa tersebut juga ada tiga agama yang dianut warga, yakni Hindu, Islam, dan Kristen. Pemukim di Banuroja adalah transmigran dari Bali, Jawa, dan Mataram serta sebagian warga lokal di Gorontalo.

Berdasarkan data yang ada di Kantor Desa Banuroja, penduduk desa itu pada 2012 berjumlah 948 jiwa (278 keluarga). Dari jumlah tersebut, penduduk yang beretnis Bali sebanyak 402 jiwa, Jawa 279 jiwa, Sasak (Nusa Tenggara Barat) 227 jiwa, serta sisanya yang berjumlah 78 jiwa berasal dari Gorontalo.

Kepala Desa Banuroja Abdul Wahid mengakui hal tersebut. Menurut dia, kunci menjaga kerukunan di Bonuroja adalah silaturahim (persaudaraan). Jalinan hubungan baik, terutama antara pemuka agama dan tokoh masyarakat di Banuroja, harus terus-menerus dijaga. Itu adalah cara ampuh menjaga komunikasi dan mencegah bibit perpecahan atau kecurigaan yang berpotensi menimbulkan konflik.

”Kita perlu rajin mendekati tokoh masyarakat dan pemuka agama, berkomunikasi, berbagi, dan menjalin rasa persaudaraan sehingga timbul kebersamaan,” kata Wahid.

Wahid juga memiliki jurus jitu agar tidak timbul kecemburuan sosial antarwarga yang berbeda etnis dan agama di Banuroja. Beberapa kepala urusan dan pamong di Banuroja harus mengakomodasi etnis yang ada di Banuroja.

Sebagai kepala desa, Wahid berasal dari suku Sasak, sementara Ketua Badan Permusyawaratan Desa berasal dari Bali. Sekretaris Desa yang dijabat Febri Yahya adalah putra asli Gorontalo. Adapun empat kepala dusun di Banuroja berasal dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Gorontalo.

Bahkan, kepala desa di era sebelum Abdul Wahid dijabat penganut Kristen yang notabene dari kelompok minoritas di desa itu. Menurut Wahid, tidak ada batasan etnis dan agama untuk tampil sebagai kepala desa.

”Walaupun Kristen terbilang minoritas di Banuroja, jika memang ada umat mereka yang layak memimpin sebagai kepala desa, maka akan dipilih. Ini juga salah satu cara agar tidak timbul kecemburuan sosial di Banuroja,” ujar Wahid.

Idul Fitri-hari raya lain

Ada tradisi unik di Banuroja yang sampai kini terus-menerus dijaga. Tradisi tersebut adalah bersilaturahim antarpemeluk agama pada hari besar agama masing-masing. Misalnya, saat umat Islam di Banuroja merayakan Idul Fitri, warga pemeluk Hindu dan Kristen berbondong- bondong meramaikan suasana. Warga pemeluk Hindu akan mengirimkan buah-buahan segar dan umat Kristiani menyerahkan aneka macam penganan kepada kaum Muslim.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Oknum TNI AL Pukul Sopir Pikap di Bogor, Danpuspom: Ada Miskomunikasi di Jalan

    Oknum TNI AL Pukul Sopir Pikap di Bogor, Danpuspom: Ada Miskomunikasi di Jalan

    Nasional
    Ruang Kerja Sekjen DPR Indra Iskandar Digeledah KPK, BURT: Proses Hukum Harus Kita Hormati

    Ruang Kerja Sekjen DPR Indra Iskandar Digeledah KPK, BURT: Proses Hukum Harus Kita Hormati

    Nasional
    Kompolnas Duga Ada Pelanggaran Penugasan Brigadir RAT untuk Kawal Pengusaha

    Kompolnas Duga Ada Pelanggaran Penugasan Brigadir RAT untuk Kawal Pengusaha

    Nasional
    Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

    Surya Paloh Pamer Nasdem Bisa Dukung Anies, tapi Tetap Berada di Pemerintahan Jokowi

    Nasional
    Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

    Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Lagi Hari Ini

    Nasional
    Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

    Hardiknas 2024, Puan Maharani Soroti Ketimpangan Pendidikan hingga Kesejahteraan Guru

    Nasional
    Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

    Rakornis, Puspom dan Propam Duduk Bersama Cegah Konflik TNI-Polri Terulang

    Nasional
    Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

    Hardiknas 2024, Pertamina Goes To Campus 2024 Hadir di 15 Kampus Terkemuka

    Nasional
    Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

    Atasan Tak Tahu Brigadir RAT Kawal Pengusaha di Jakarta, Kompolnas: Pimpinannya Harus Diperiksa

    Nasional
    Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

    Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

    Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

    Nasional
    Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

    Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

    Nasional
    Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

    Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

    Nasional
    Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

    Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

    Nasional
    Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

    Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com