Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaligrafi, Seni Berdakwah dengan Pena

Kompas.com - 10/08/2012, 15:32 WIB

Ihsan, Herman, dan Asmadi sama-sama mengaku tertarik belajar di pesantren ini setelah melihat karya alumni yang kembali ke daerah mereka. Untuk bisa bergabung di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka ini, ada yang dibiayai sendiri oleh keluarga, ada juga yang dibantu oleh pemerintah daerah asal.

Uang pangkal bagi peserta didik Program Takhassus selama satu tahun pada tahun ajaran 2011/2012 lalu Rp 2,5 juta, ditambah uang SPP per bulan Rp 525.000. Biaya itu cukup menyulitkan Asmadi. Uang tabungannya dari bekerja sebagai pemotong karet setelah ia berhenti sekolah tak juga cukup. Melalui bantuan seorang lulusan pesantren asal Muaro Bungo, Asmadi menerima beasiswa dari Pemkab Muaro Bungo.

”Syaratnya, saya harus membela daerah, baik Kabupaten Muaro Bungo maupun Provinsi Jambi, dalam setiap ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). Saya tidak diminta untuk mengembalikan bantuan itu ataupun harus kembali ke daerah. Habis dari sini (Sukabumi), saya berencana mendalami seni lukis di Kampung Lukisan Jelekong (Baleendah, Kabupaten Bandung). Setelah mampu, saya akan pulang ke Muaro Bungo dan membuka sanggar lukisan kaligrafi,” ujarnya.

Sandaran hidup

Lulusan pesantren itu tak hanya menjadi pengajar atau pengelola sanggar. Mereka juga bisa menjadi seniman kaligrafi ”profesional”. Isep Misbah, salah seorang pengajar di pesantren itu, pernah belajar kaligrafi di Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka) saat belum menjadi pesantren pada 1994-1995. Tiga tahun kemudian, ia merintis CV Noqtah Art yang mengerjakan dekorasi islami.

”Sejak berdiri hingga sekarang, kami sudah mendekorasi sekitar 120 masjid di Indonesia dan Malaysia. Beberapa kali penyelenggaraan MTQ nasional juga kami yang kerjakan. Mayoritas pekerjaan dilakukan oleh alumni Pesantren Lemka,” kata Isep.

Menurut dia, selain sebagai media berdakwah, kaligrafi bisa menjadi sandaran hidup bagi senimannya. Peluang untuk mendekorasi masjid di Indonesia masih terbuka lebar. Berdasarkan pengalamannya, banyak pengelola masjid di luar Pulau Jawa yang membutuhkan tenaga seniman kaligrafi profesional untuk mendekorasi masjid.

”Kemampuan seniman kaligrafi Indonesia terbilang sudah diakui secara internasional. Wawasan gaya kaligrafi seniman Indonesia lebih maju dibandingkan dengan seniman di Malaysia dan Brunei, misalnya. Seniman dari Indonesia bukan hanya mendesain kaligrafi. Kami yang mendesain, kami juga yang mengecat dinding masjid,” ujar Isep.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com