Aceh Besar, Kompas -
Informasi yang dapat dihimpun pada Senin (6/8) di Banda Aceh, enam kecamatan di Aceh Besar yang terkena dampak kekeringan cukup parah adalah Montasik, Indrapuri, Darul Kamal, Lampanah, Seulimum, dan Darul Imarah. Kekeringan menyebabkan air irigasi yang dialirkan dari daerah aliran Sungai Krueng Aceh dan Bendungan Jantho mengering. Kondisi ini sudah terjadi sejak tiga minggu terakhir. Padahal, pada musim tanam gadu ini umur padi masih 1 bulan hingga 1,5 bulan.
”Tahun lalu tidak sampai seperti ini. Dulu air irigasi masih ada yang mengalir, tapi sekarang tak ada sama sekali. Padahal, saat ini sawah masih butuh digenangi air karena tanaman padi umumnya baru tanam,” kata Muhammad (40), petani di Desa Aneuk, Kecamatan Montasik.
Akibat kekurangan air, tanaman padi yang masih muda itu mulai menguning. Tanah tempat lahan padi sudah mengering dan merekah hingga sedalam 10 sentimeter.
Ini seperti terlihat di areal lahan persawahan di Desa Lamleubok, Kecamatan Indrapuri. Sekitar 50 hektar lahan tanaman padi yang berusia sebulan terlihat kering dan menguning.
”Sudah pasti habis kami untuk musim tanam kali ini. Tak mungkin tanam lagi. Sudah habis uang banyak untuk menanam pada awal Juli lalu. Untuk satu hektar, saya sudah habis Rp 5 juta, paling banyak untuk ongkos mengolah sawah,” kata Hamdani (43), petani di Desa Lamleubok.
Kekeringan juga terlihat di areal persawahan di Kecamatan Darul Makmur dan Darul Imarah, dua wilayah penghasil padi utama di Aceh Besar. Camat Darul Kamal, Erliana, mengatakan, ada puluhan tanaman padi di wilayahnya kini rusak akibat kekeringan. Tidak sekalipun hujan turun, aliran irigasi pun rusak.
Kondisi itu diperparah dengan keringnya sumur-sumur di dekat areal persawahan. Ada lima bukit di Darul Kamal yang kini rata dengan tanah karena tambang galian C.