Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potang Balimau Berjuang untuk Menasional

Kompas.com - 04/08/2012, 14:08 WIB

 Oleh Ingki Rinaldi

TRADISI potang balimau kembali dilakukan tahun ini di Jorong Koto Panjang, Nagari Pangkalan, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Hari itu, Kamis (19/7/2012), sehari sebelum masuk awal ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, serupa seperti tahun-tahun sebelumnya, ribuan orang datang memadati lokasi perayaan potang balimau.

Langsung melaksanakan ibadah shalat tarawih di malam hari yang dilanjutkan dengan ibadah puasa esok harinya memang menjadi salah satu syarat potang balimau dilangsungkan. Salah seorang tokoh masyarakat Nagari Pangkalan, Muchlis Hasan, mengatakan, penyucian diri secara lahir batin menjadi makna tunggal tradisi itu.

Setelah bertahun-tahun hanya menjadi tradisi begitu saja, tahun ini masyarakat berharap lebih. Mereka menginginkan potang balimau masuk dalam kalender pariwisata nasional.

Kalender nasional pariwisata

Sejumlah menteri dan pejabat pusat diundang hadir. ”Harapan kami, semoga pada 2013 potang balimau sudah masuk dalam kalender nasional pariwisata,” kata Wakil Bupati Limapuluh Kota Asyirwan Yunus.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta pun menghadiri acara itu. Gusti pun menyatakan dukungannya pada keinginan menjadikan tradisi itu sebagai kalender nasional pariwisata.

Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, M Faried Moertolo pun menyatakan tradisi itu telah punya nilai sebagai magnet pariwisata. Akses menuju lokasi penyelenggaraan yang di tepian jalan utama juga disebutkan menjadi keunggulan lain.

Lokasi penyelenggaraan potang balimau di daerah perbatasan antara Sumatera Barat dan Riau itu memang strategis. Ada di poros jalan utama yang dihubungkan jembatan besar.

Kata Muchlis, saat ini yang dibutuhkan masyarakat untuk pengembangan tradisi itu agar menjadi kalender pariwisata nasional ialah bimbingan teknis menyangkut kemasan acara. Ini penting agar tradisi dengan bungkus wisata itu tak lari dari pakemnya di masa lalu.

Sejarah masa lalu

Pasalnya, Nagari Pangkalan adalah pelabuhan besar di waktu silam. Penduduknya terdiri atas empat suku besar, di antaranya Piliang, Melayu, dan Chaniago dengan 12 ninik mamak atau pemangku adat. Lokasi potang balimau dilangsungkan saat ini merupakan bekas pelabuhan kuno yang ramai pada abad-19.

Dari lokasi itu mereka menempuh jalur perdagangan menuju Sungai Kampar hingga muaranya di Selat Sunda. ”Setelah itu ke Malaysia, Singapura sekarang, dan beberapa negara lain,” kata Muchlis.

Tradisi itu memang bermula dari pedagang dan saudagar yang sepakat berhenti berniaga di bulan suci Ramadhan. Mereka pulang ke nagari asal sembari membawa kapal-kapal yang gagah.

Para kemenakan saudagar yang terpesona dengan kapal-kapal perkasa itu ingin pula mencicipi bagaimana rasanya berlayar. Maka, dipinjamlah kapal-kapal itu dan dihiasi. Inilah cikal bakal adanya pawai perahu hias dan lomba pacu sampan dalam potang balimau masa kini.

Kini, sejumlah perahu hias dengan bentuk rumah adat Minang tampak lalu lalang. Di dalamnya terlihat pemain musik talempong. Beberapa buah sampan melaju cepat di tengah aliran sungai untuk berlomba dalam ajang pacu sampan. ”Kami bikin perahu hias itu untuk mewakili nagari dengan biaya Rp 2 juta selama enam hari,” kata Nasrul Wahab (62), salah seorang pembuat perahu hias.

Atraksi itu untuk melengkapi arti harfiah potang balimau yang memang betul untuk mandi. Praktiknya di masa lalu, orang-orang mandi dengan cairan pembersih dari campuran kasai, tetumbuhan yang wangi, dan jeruk limau. Waktunya dilakukan pada sore hari. Karena itulah, namanya potang (petang) balimau.

Kini, hanya anak-anak kecil yang terlihat mandi. Bocah-bocah pula yang dimandikan secara simbolis oleh para pejabat dalam prosesi tahun ini.

Sejumlah pengunjung yang didominasi anak-anak terlihat mandi dan berenang di dalam sungai. Sementara orangtua mereka terlihat mendampingi.

”Mungkin sempat dikira potang balimau ini ajang mandi tanpa pembatas antara laki-laki dan perempuan, tetapi kenyataannya tidak begitu. Hanya anak-anak kecil yang mandi di sungai,” kata Muchlis.

Ia juga menampik ajang tersebut, termasuk di masa lalu, dipakai secara khusus untuk ajang mencari pasangan hidup. ”Namun, memang dalam prosesnya bisa saja terjadi, orang yang sudah merantau merasa sudah waktunya mencari jodoh,” ujar Muchlis.

Para pedagang tampak sibuk mendulang keuntungan di tengah ribuan pengunjung yang memenuhi area hingga pelataran Masjid Raya Pangkalan. Arus lalu lintas dari kedua arah juga tersendat menyusul tumpah ruahnya pengunjung. Tempat parkir kendaraan bermotor bagi pengunjung juga dialihkan ke sejumlah titik yang relatif jauh dari lokasi penyelenggaraan.

Lebih utama

Namun, makna potang balimau tentu paling terasa bagi warga di Nagari Pangkalan atau perantau yang berasal dari nagari itu. ”Karena menjelang bulan puasa ini kita perlu bermaaf-maafan. Jika mengunjungi satu per satu akan sulit,” kata Darmi Yusman (50), salah seorang warga setempat.

Sementara bagi para perantau, potang balimau lebih utama maknanya dibandingkan perayaan Idul Fitri. Sebagian besar lebih memilih pulang ke kampung halaman mereka di Nagari Pangkalan pada saat potang balimau ketimbang waktu Lebaran.

Sekretaris Umum Persatuan Keluarga Pangkalan di Pekanbaru Herman Azhari menyebutkan, potang balimau sudah mirip seperti identitas mereka sebagai warga Pangkalan. Karena itulah, mereka berduyun-duyun pulang kampung sembari membawa serta apa saja yang dianggap pencapaian di tanah rantau.

Karena itulah, bukan pemandangan aneh jika mobil-mobil mahal, seperti Hummer atau Toyota Fortuner, tampak bersliweran. Sambil pulang kampung, para perantau juga turut menggenjot perputaran uang di tempat asal mereka.

Karena paling tidak, para perantau itu akan menginap selama tiga hari. Selama hari-hari itu, mereka akan melakukan sejumlah kegiatan, termasuk ziarah kubur dan melewatkan puasa hari pertama bersama keluarga. ”Efek ekonomi selama tiga hari itulah yang akan terasa bagi Nagari Pangkalan,” ujar Herman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com