Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memandirikan Siswa Miskin

Kompas.com - 20/06/2012, 02:37 WIB

Ia juga pernah didatangi lembaga swadaya masyarakat pembela hak anak. Ia dicurigai mempekerjakan anak di bawah umur. Menghadapi kecurigaan itu, ia balik bertanya, apakah negara yang seharusnya melindungi dan memenuhi hak anak bangsa memenuhinya?

”Jika ada perusahaan yang peduli dan memercayai sekolah, apakah kelas mandiri salah? Mereka mampu berdiri tegak tanpa disantuni negara. Sekolah ini hanya ingin agar lulusan SMP bisa sekolah di SMK dan setelah lulus bisa bekerja.”

Setiap tahun ratusan siswa direkrut untuk bekerja di Jepang, Korea, dan Malaysia. Siswa miskin yang tidur di lingkungan sekolah mendapat tambahan belajar bahasa Jepang dan Korea agar mereka siap bekerja di luar negeri.

Priyanto senang melihat siswa berhasil. Contohnya, siswa mandiri asal Temanggung yang tidur di masjid dan membuat pupuk di sekolah mampu bekerja di Korea dengan penghasilan Rp 16 juta-Rp 22 juta per bulan.

Sekolah pun membantu mencari pinjaman sebagai modal awal siswa bekerja di luar negeri. Ada Bank Perkreditan Rakyat di Subang yang memberi pinjaman. Alhasil, utang sekolah ini mencapai Rp 678 juta.

Awalnya, SMK ini hanya diminati sekitar 300 siswa. Saat Priyanto menjadi kepala sekolah tahun 2001, ia menantang para guru bersama- sama memajukan sekolah. Langkah ini membuahkan hasil. Cara yang ditempuh SMKN 2 Subang ditiru sejumlah daerah.

Priyanto, alumnus sekolah pertanian setara SMK, awalnya memilih pertanian agar bisa bekerja. Ia tak bisa kuliah karena keterbatasan dana. Namun, ia mendapat beasiswa pemerintah untuk melanjutkan pendidikan diploma tiga sebagai guru pertanian di IPB.

”Dalam hidup ini, saya hanya ingin berarti bagi orang lain. Menjadi guru, saya mempersiapkan siswa lulus dan bekerja. Mumpung menjadi kepala sekolah, saya berusaha membuka akses agar lulusan SMP dari keluarga miskin bisa sekolah,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com