Jakarta, Kompas -
”Ancaman narkotika itu ibarat kapal pecah. Kalau lubang yang bocor tidak ditutup, air akan terus masuk dan kapal akan tenggelam. Tidak bisa kita hanya mengeluarkan air di dalam kapal. Lubang harus ditutup,” kata Direktur IV Narkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Brigadir Jenderal (Pol) Arman Depari di Jakarta, kemarin.
Polisi menyita 150 kg sabu di sebuah rumah toko (ruko) di Taman Palem, Cengkareng, Jakarta Barat, setelah dua warga asing ditangkap pada 29 Mei lalu, yaitu TCH (warga Malaysia) dan WRK (warga India). Satu orang lagi warga India, berinisial A, ditembak mati.
Pada penggeledahan sebelumnya di sebuah apartemen, polisi menemukan sabu seberat 23 kg. Arman memperkirakan, sabu itu sisa dari dua karung kosong yang ditemukan di apartemen itu. Setiap karung berisi 50 kg. ”Jadi, sabu yang ada sebenarnya bisa 250 kilogram,” katanya.
Sebelumnya, aparat Badan Narkotika Nasional (BNN) juga mengungkap upaya importasi 1,4 juta pil ekstasi dari Shenzhen, China, ke Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Diduga ada keterlibatan oknum Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI berinisial S berpangkat bintara. Dalam aksinya, S disebutkan mencatut nama Primer Koperasi Kalta Bais TNI. Aparat BNN juga menangkap tujuh tersangka lain.
Karena itu, menurut Arman, aparat terkait, seperti Bea Cukai, TNI, Polisi Perairan, serta Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai, harus berupaya mencegah masuknya narkoba ke Indonesia. ”Penindakan hukum saja tidak cukup. Pencegahan lebih penting,” katanya.
Arman mengakui, penegakan hukum, termasuk eksekusi hukuman mati bagi narapidana perkara narkoba, dapat menjadi salah satu upaya untuk memberi efek jera terhadap para pelaku. ”Sindikat narkotika itu tidak takut mati. Yang mereka takuti adalah tidak memiliki uang atau pasar lagi,” katanya.
Hanya saja, banyak yang menilai pemberantasan narkoba bisa terhambat seperti dalam kasus pemberian grasi terhadap
Peredaran narkoba tidak surut. Kepala BNN Provinsi Bali I Gusti Ketut Budiartha mengatakan, kasus narkoba di Bali secara kuantitas diperkirakan mengalami peningkatan. ”Masih sulit mendeteksi masuknya narkotika melalui jalan darat dan jalur laut,” kata Kepala Bidang Humas Polda Bali Komisaris Besar Hariadi. (COK/FER)