Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miliki Keanekaragaman Hayati Unik (8)

Kompas.com - 04/06/2012, 11:27 WIB
Mohamad Burhanudin

Penulis

KOMPAS.com - Ekosistem Leuser termasuk di dalamnya Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), merupakan bagian dari apa yang disebut UNESCO sebagai situs hujan tropis Sumatera. Di dalamnya terdapat beraneka spesies unik, salah satunya adalah adalah orangutan Sumatera (Pongo abeli i).

Dalam laporan ilmiah berjudul How Palm-Oil Plantations at Tripa Increase Disaster Risk, Contribute to Climate Change and Drive a Unique Sumatran-Orangutan Population to Extinction (2008), YEL dan PanEco mencatat, bersama hutan-hutan rawa gambut di pesisir Aceh lainnya, yaitu Kluet, dan Singkil, Tripa dulunya memiliki kepadatan populasi tertinggi di dunia.

Tripa menyumbang populasi orangutan sekitar empat persen di dunia. Pada tahun 1990, jumlah orangutan sumatera di kawasan ini masih sekitar 2.000 ekor. Ini menempatkan Tripa sebagai satu dari enam tempat yang paling potensial di dunia untuk habitat orangutan.

Selain orangutan, dua spesies lainnya yakni gibbon tangan putih juga ada di Tripa. Primata lainnya yang ada di rawa ini termasuk monyet Thomas Leaf. Mangsa harimau, seperti babi dan rusa, serta beruang dan leopard juga pernah terlihat.

Demikian pula buaya danau, ular piton, dan kura-kura besar. Adapula amfibi dan sejumlah burung langka. Namun, semua spesies tersebut terancam punah.

Indriyanto, Petugas Pemantau Hutan Tripa dari Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), memperkirakan, pada tahun 2011 jumlah orangutan di Tripa kurang dari 200 ekor. Hal itu tak lepas dari aktivitas pembukaan lahan hutan untuk perkebunan sawit. Hewan-hewan dilindungi tersebut kehilangan habitatnya yang mendorong pada kepunahan.

“Banyak juga yang mati karena diburu. Induknya dibunuh lalu anaknya dijual,” ujar Indriyanto.

Perkebunan kelapa sawit yang monokultur, tidak kompatibel dengan keanekaragaman hayati dari spesies yang sangat terancam saat ini di Tripa. Pertumbuhan kelapa sawit ini berdampak pada kepunahan total.

Dampak lainnya memperburuk koridor alami yang dimiliki Tripa, koridor yang menghubungkan ekosistem pesisir Samudera Hindia dengan Pegunungan Leuser, khususnya TNGL. Akibatnya, terjadi migrasi spesies-spesies pada iklim mikro terhadap setiap spesies lokal yang ada di kawasan itu. (MOHAMAD BURHANUDIN)  

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com