BOGOR, KOMPAS
Tanah longsor terjadi pada Kamis sekitar pukul 19.30, saat hujan deras disertai petir menerpa kawasan itu. Tanah bercampur bebatuan jatuh dari ketinggian sekitar 100 meter, menimpa
Saat itu, saung yang berada di dekat lubang penggalian ilegal dihuni sekitar 20 gurandil. Lokasi penggalian berada di lereng gunung, sekitar tiga jam berjalan kaki dari kampung terdekat di Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga.
Petugas kepolisian beserta warga, Taruna Siaga Bencana Kabupaten Bogor, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor mengevakuasi korban satu per satu. Pada pagi hari, empat korban tewas dapat dievakuasi, sedangkan empat korban tewas lain baru dievakuasi dan diturunkan dari gunung pada sore hari.
Delapan petambang yang tewas adalah Cahyadin (51), warga Jasinga; Alek (38), warga Sukajaya; Sanip (38), warga Sukajaya; serta lima petambang lain yang semuanya warga Kabupaten Lebak, Banten, yakni Sabar (35), Juber (38), Ujang (25), Umang (35), dan Rowi (45). Selain itu, satu petambang warga Sukajaya, Ujang (51), luka parah. Sementara petambang lain luka ringan.
”Jumlah pasti berapa orang yang berada di lokasi itu tidak diketahui karena mereka petambang ilegal. Jenazah langsung dibawa ke rumah masing-masing,” kata Kepala Kepolisian Sektor Jasinga Komisaris Uba Subandi.
Sekitar pukul 17.00, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor menghentikan pencarian setelah delapan korban dievakuasi.
Menurut Otoy (33), warga Desa Pangradin, lokasi penambangan itu baru digunakan gurandil untuk menambang emas pada 6-8 bulan terakhir.
”Jumlahnya kadang banyak, kadang berkurang, tetapi bukan warga daerah sini yang ke sana,” ujarnya.