Karut-marut reformasi ini, menurut Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari, hanya bisa diselesaikan jika bangsa Indonesia sungguh-sungguh mau melakukan reformasi kebudayaan. Kemerosotan karakter sebagai bangsa yang ditunjukkan justru setelah masa reformasi menandakan ada kesalahan serius dari budaya bangsa ini.
Merajalelanya korupsi, parpol yang tercerabut dari rakyat, hingga pemerintahan yang mengingkari kebinekaan bangsa dan tunduk pada kepentingan kelompok hanya contoh kecil bangsa ini mengalami krisis karakter. ”Reformasi politik dan hukum sudah dilakukan, tetapi keadaan tetap karut-marut. Saya melihat rasanya harus dilakukan reformasi budaya, yaitu reformasi manusianya,” kata Hajriyanto.
Reformasi yang sudah salah arah ini, kata politikus PDI-P Budiman Sudjatmiko, hanya bisa dibenahi dengan mengubah gaya kepemimpinan nasional. ”Dari gaya yang ingin menyenangkan semua pihak dengan gaya kepemimpinan yang dituntun visi pemberdayaan rakyat dari aspek kesejahteraan dan pendidikan mereka,” katanya.
Bagi Direktur Riset Charta Politika Yunarto Wijaya, saat ini diperlukan dekonstruksi pemaknaan sistem bernegara secara utuh untuk kebutuhan jangka panjang.