Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talasemia Dapat Dicegah

Kompas.com - 19/05/2012, 04:06 WIB

Jakarta, Kompas - Kelainan darah talasemia membebani penderita dan keluarganya. Namun, talasemia dapat dicegah. Kesadaran pencegahan dapat memutus rantai kelainan darah yang bersifat diturunkan itu.

Pada orang dengan talasemia, kelainan gen globin menyebabkan produksi rantai globin berkurang. Rantai tak utuh membuat keping darah mudah pecah (sel darah merah berumur pendek) dan melepas zat besi—unsur pengikat hemoglobin.

Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Ekowati Rahajeng mengatakan hal itu pada jumpa pers, Rabu (16/5), di Jakarta.

Kelainan itu tak hanya menyebabkan kekurangan sel darah merah. Cepat rusaknya sel darah merah memunculkan komplikasi, antara lain pembesaran hati dan limpa karena organ bekerja lebih keras memproduksi sel darah merah baru. Zat besi yang menumpuk di tubuh juga harus dikeluarkan.

Orang dengan talasemia harus rutin melakukan transfusi darah. Mereka mengonsumsi obat untuk mengeluarkan timbunan zat besi. Yang tak cocok dengan obat minum harus menggunakan injeksi dan pompa khelasi yang terpasang di tubuh delapan jam tiap pengobatan. Sekolah dan pekerjaan mereka terganggu karena kunjungan rutin ke rumah sakit.

Usia harapan hidup orang dengan talasemia tak sepanjang orang lain. Di Indonesia, usia harapan hidupnya sekitar 30 tahun. ”Karena usia harapan hidup rendah, yang masih banyak menjalani pengobatan itu anak-anak sehingga kesannya kelainan pada anak,” ujar Ekowati.

Pencegahan

Sekretaris Yayasan Thalassaemia Indonesia Edi Purwono mengatakan, pemutusan rantai talasemia sangat penting. Talasemia dapat dicegah dengan menghindari pernikahan pembawa sifat talasemia dengan pembawa sifat lain. Jika sesama pembawa sifat menikah, setiap hamil, ia berpeluang 25 persen anak yang dilahirkan talasemia berat dan perlu transfusi darah, 50 persen pembawa sifat/tak sakit, dan 25 persen anak sehat. Pembawa sifat talasemia umumnya tak menunjukkan gejala sakit dan hidup seperti orang sehat lain.

”Salah satu mantan pengurus yayasan memiliki tujuh anak, lima anak di antaranya talasemia mayor,” ujar Edi.

Upaya pencegahan antara lain dengan edukasi, sosialisasi, dan penapisan talasemia. Setiap pasangan yang akan menikah, lanjut Edi, sebaiknya memeriksakan darah untuk mengetahui statusnya sebagai pembawa talasemia. ”Jika pasangan pembawa sifat berencana menikah, tentu sulit melarang. Setidaknya, mereka mengetahui dan mengonsultasikan risiko tersebut,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com