Jambi, Kompas -
Kepala Bina Operasi Polairud Jambi Ajun Komisaris Besar Agus Sumarsono, di Jambi, Selasa (8/5), mengatakan, aksi empat perompak itu diketahui setelah sejumlah nelayan melapor ke Polairud wilayah Nipah Panjang pada Sabtu (5/5) sore. Mereka adalah korban perompak.
Atas informasi itu, tim langsung mengejar pelaku yang diduga masih berada di sekitar perairan itu. ”Ternyata benar, para pelaku masih di sana dan langsung kami tangkap,” ujar Agus.
Menurut Agus, keempat perompak itu adalah Adnan (32), Baharuddin (33), Zainal (27), dan Darmawan (34). Dua di antaranya, Adnan dan Darmawan, adalah residivis atas kasus pembunuhan. Mereka merupakan penduduk Tanjung Jabung Timur dan Kota Jambi yang tinggal di permukiman kampung nelayan sekitar Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur. Para perompak telah tiga hingga empat tahun beraksi di perairan Berhala.
Dalam aksinya, mereka menggunakan senjata tajam. Dalam penangkapan itu, disita pula tiga badik, 300 liter solar, dan uang Rp 750.000. Solar dan ikan adalah hasil rampokan. ”Para perompak ini menjarah bahan bakar, ikan, dan uang milik nelayan-nelayan kecil,” lanjutnya.
Bahan bakar itu merupakan hasil rampasan dari nelayan, kemudian mereka jual kembali ke masyarakat setempat. Sering pula perompak menjarah hasil tangkapan nelayan berupa udang dan ikan.
Dalam beraksi para perompak memakai kapal cepat, sedangkan nelayan umumnya menggunakan kapal motor berkecepatan sekitar 6 knot per jam. Perbedaan kecepatan membuat nelayan sulit menghindar saat perompak mendekat.
Agus mengaku, pihaknya juga cenderung kesulitan mengatasi aktivitas perompakan di kawasan perairan laut karena kekuatan kapal cepat Polairud sangat terbatas. ”Kapal cepat yang kami miliki lebih layak untuk melintasi sungai dan muara, namun sangat berbahaya memasuki perairan lepas laut. Empasan ombak sangat berpotensi mengakibatkan kapal pecah,” jelas Agus.
Dikatakan, perompakan marak di perairan Berhala dan meresahkan masyarakat. Namun, sering kali nelayan setempat enggan melapor kepada aparat karena khawatir akan ancaman keselamatan.
Seorang perompak, Darmawan, mengaku tak jarang dirinya mengeluarkan badik untuk menakuti nelayan. Aksi tersebut, untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.
Adapun perairan Selat Berhala berada di perbatasan Provinsi Jambi dan Kepulauan Riau. Dari pesisir di wilayah Tanjung Jabung Timur ke Pulau Berhala jaraknya sekitar 4,5 mil.