Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mawas Diri dan Hidup Harmoni

Kompas.com - 05/05/2012, 02:48 WIB

Oleh Bhikkhu Nyanasuryanadi Mahathera

Waisak 2012 merupakan momentum penting untuk mawas diri dan hidup harmonis. Pelanggaran susila dan kejahatan, seperti pencurian, penipuan, kekerasan, kebencian, dan kekejaman, dapat muncul dari kemelaratan.

Secara historis, peringatan Waisak ditujukan untuk mengenang tiga peristiwa penting. Pertama, Pangeran Sidharta Gautama lahir di Taman Lumbini pada 623 SM. Kedua, petapa Sidharta Gautama mencapai pencerahan sempurna di Buddhagaya pada 588 SM. Ketiga, sang Buddha wafat di hutan Sala milik suku Malla di Kusinara, 543 SM.

Buddha Gautama mampu menggunakan waktu hidup dengan sempurna, terdorong oleh semangat altruistik berupa dorongan kasih terhadap derita makhluk-makhluk dan derita kerusakan dunia. Ia tak pernah berhenti berkarya, berbagi, mengajar hingga akhir hidup-Nya.

Melalui bimbingan yang dilakukan dengan penuh kasih dan kebijaksanaan, tak terhitung jumlah makhluk yang mengalami transformasi dari hidup gelap menuju kecerahan, kebahagiaan, dan pembebasan. Terinspirasi ajaran Buddha, banyak peradaban luhur yang muncul dan berkembang di seluruh dunia sampai sekarang. Semua menekankan pada dua aspek utama ajaran Buddha: kasih atau kepedulian dan kebijaksanaan.

Pencapaian Buddha bukanlah suatu kebetulan atau sebuah misteri. Buddha berarti insan yang telah bangkit, mengetahui, dan memahami. Kapasitas untuk bangkit, memahami, dan mengasihi adalah hakikat Kebuddhaan.

Beberapa teks kitab suci agama Buddha menjelaskan, seseorang yang mampu mendisiplinkan diri, menata moralitas, dan mengoptimalkan potensi mental dengan cara benar akan mampu mengalami kebahagiaan dari pencerahan. Apabila kita berlatih dengan cara benar, memelihara perhatian penuh (eling) mengikuti metode seperti telah dipraktikkan Sidharta Gautama, dalam periode waktu tertentu manusia akan mengalami kebahagiaan tertinggi dari pencerahan. Cara berlatihnya dengan menggunakan perangkat indera, tubuh, dan batin yang dimiliki manusia. Sangat manusiawi dan jauh dari jebakan spekulatif.

Jalan Buddha adalah jalan berlatih, berkontribusi; bukan berpasrah. Karena itu, yang dibutuhkan adalah pemahaman dan pengertian yang benar mengenai latihan. Latihan yang ditekankan Buddha adalah latihan perhatian atau sadar penuh akan keberlangsungan batin dan jasmani atau latihan mawas diri dan kasih atau hidup harmoni.

Saling terkait

Sesungguhnya hidup harmoni dengan sesama dan dengan alam semesta butuh latihan mawas diri. Latihan ini gerbang menuju pemahaman jernih bahwa alam semesta dengan segala isinya memiliki hubungan erat dan saling membutuhkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com