Di Kota Padang, Sumatera Barat, ribuan warga yang berebut mengungsi ke dataran tinggi menggunakan mobil dan sepeda motor menyebabkan jalan-jalan macet total. Kemacetan di antaranya terjadi di Jalan KH Ahmad Dahlan dan Teuku Umar yang hanya berjarak sekitar
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang Dedi Henidal mengatakan, kemacetan terjadi karena banyak warga yang mengungsi menggunakan kendaraan bermotor. ”Padahal, dalam simulasi sudah diberitahukan evakuasi harus jalan kaki,” katanya.
Berdasarkan simulasi, menurut Dedi, tsunami bisa menerjang Kota Padang 29 menit setelah gempa terjadi di Samudra Hindia. Adapun jangkauan air tsunami bisa mencapai 3 kilometer dari pantai.
Kekacauan juga terjadi di Sibolga, Sumatera Utara. Wali Kota Sibolga Sarpi Hutauruk mengeluhkan sistem peringatan dini tsunami yang tidak berfungsi optimal. Dari tujuh alat peringatan dini, empat di antaranya rusak. ”Termasuk yang di depan kantor wali kota,” katanya.
Di Simeulue, warga lebih siap. Kepala BPBD Simeulue Mulyadiansyah mengatakan, begitu terjadi gempa, warga menjauh dari pantai dengan berlari. Mereka membawa serta keluarga dan pakaian secukupnya.
”Tak ada kemacetan dan tak ada warga terluka,” kata Randi, warga Simeulue.
Mantan Bupati Simeulue Darmili mengatakan, ia beserta warga akan tetap berada di perbukitan hingga kondisi benar-benar aman. Hingga pukul 19.00, Darmili masih berada di perbukitan Meranti.
Ia menambahkan, tak ada laporan tentang korban ataupun kerusakan. Ia berharap semua warga selamat.
Ahli geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia