Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan Kritis Jadi Taman Kupu-kupu

Kompas.com - 22/02/2012, 03:51 WIB

Kini, sekitar 200 jenis tanaman yang ada di kawasan berlereng terjal ini antara lain pohon beringin, kamboja, soka, pakis, ketapang, kembang sepatu, jarong, dan tanaman jeruk-jerukan. Di taman itu juga terdapat sebuah kandang besar untuk penangkaran kupu-kupu dari jenis-jenis yang unik.

Pada tahun pertama, Herawati Soekardi, pendiri Taman Kupu-Kupu Gita Persada yang juga dosen Ilmu Biologi Universitas Lampung, menginventaris keragaman kupu-kupu di Lampung di habitat asli mereka, antara lain Pulau Tegal dan Sungai Langka di Lampung Selatan serta Gunung Tanggamus, Way Kambas, dan Liwa di Lampung Barat. Setelah itu, secara bertahap, induk kupu-kupu dari daerah ini dibawa ke Gita Persada dan ditangkarkan.

Konservasi ini, menurut dia, berangkat dari hobi. Setiap kali Herawati bersama suaminya, Anshori Djausal, bepergian ke luar daerah, selalu disempatkan membawa bibit pohon atau tanaman untuk ditanam di taman kupu-kupu. Hasilnya seperti saat ini.

Menurut dia, upaya konservasi sebetulnya tidak sulit. ”Selama tanamannya dijaga baik, kupu-kupu akan tinggal, bahkan datang sendiri sehingga perawatannya murah,” ujarnya.

Kunci lainnya, ucap Anshori Djausal yang juga pendiri Yayasan Sahabat Alam, adalah dengan menjauhkan pestisida dan bahan kimia lain dari kawasan ini. Pertumbuhan tanaman dan ekosistem baru dibiarkan alamiah dengan perlahan. Tidak bisa singkat seperti sulap.

”Kami pun menjaga kebersihan dengan sangat. Tidak boleh ada plastik berceceran,” tukas Anshori, seraya menegaskan sebungkus plastik sangat tidak baik untuk alam. Plastik dapat merusak kandungan hara dan sulit didaur ulang oleh alam.

Keduanya meyakini, kupu-kupu merupakan indikator dari kondisi ekosistem. Apabila keberagaman spesies kupu-kupu di suatu daerah berkurang, daerah itu tengah mengalami kerusakan lingkungan, ditandai dengan musnahnya pohon-pohon atau tanaman yang menjadi inang larva kupu-kupu.

Taman ini mulai dikunjungi berbagai pihak, termasuk Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada Agustus 2011.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com