Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Banjir dengan Kawasan Berbasis Tambak

Kompas.com - 18/02/2012, 03:12 WIB

KUDUS, KOMPAS - Guna merehabilitasi kawasan banjir di beberapa desa yang menjadi langganan banjir, Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengembangkan program kampung rawa di sejumlah desa. Program itu berupa pembangunan kawasan berbasis tambak dan pertanian lahan banjir.

Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Kudus Budi Santoso, Kamis (16/2), mengatakan, pada tahun ini ada enam desa di Kecamatan Jekulo, Undaan, dan Mejobo, Kabupaten Kudus, yang menjadi sasaran program itu.

Selama ini, desa-desa yang hanya bisa menanam padi sekali dalam setahun itu yakni Desa Bulungcangkring, Gulang, Kesambi, Ngemplak, dan Karangrowo.

Pemkab Kudus berniat membangun tambak di desa-desa yang menjadi langganan banjir itu. Di Desa Kirig dan Gulang akan dibangun tambak masing-masing seluas 2 hektar, sedangkan di empat desa lain masing-masing 7,5 hektar. ”Anggaran yang dibutuhkan Rp 1,8 miliar, yaitu Rp 1,5 miliar dari APBD Kabupaten Kudus 2012 dan Rp 300 juta dari gubernur. Mereka juga akan mendapat bantuan pompa dan benih ikan,” kata Budi.

Selain itu, di Desa Kesambi dan Kirig, program kampung rawa akan dilengkapi dengan demplot padi inpara yang dapat bertahan selama dua minggu dalam genangan. Di Kesambi akan dibuat demplot padi yang dikembangkan Balai Penelitian Teknologi Pertanian Jateng itu seluas 3 hektar, sedangkan di Desa Kirig seluas 2 hektar.

Berdasarkan data Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Kudus, areal sawah langganan banjir di Kudus seluas 1.510 hektar. Sawah itu tersebar di Kecamatan Mejobo, Undaan, dan Jekulo.

Dari luasan itu, sebanyak 660 hektar selalu tergenang banjir 1-3 bulan, sedangkan 850 hektar sering tergenang dalam jangka waktu kurang dari satu bulan.

Banjir di sejumlah kawasan itu terjadi karena Sungai Juwana dan anak-anak sungainya belum dinormalisasi. Sedimentasi sungai-sungai itu menyebabkan air banjir di areal persawahan lama surut karena air tidak bisa kembali mengalir ke sungai. (HEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com