Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemeriahan Imlek dan Lebaran

Kompas.com - 21/01/2012, 04:43 WIB

Lazimnya hari raya keagamaan di Indonesia hanya ada satu atau dua yang dirayakan secara besar-besaran oleh pemeluknya. Akan tetapi, di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, ada 15 hari yang benar-benar dijadikan kemeriahan massal oleh masyarakat secara keseluruhan.

Perayaan hari besar Islam dan Tionghoa masing-masing mencakup tujuh hari besar yang berdasarkan penanggalan lunar. Hanya satu perayaan yang menggunakan penanggalan Gregorian, yakni Natal. ”Saya ikut merayakan Lebaran, Imlek, dan Tahun Baru. Saya banyak teman dan saudara di lingkungan Tionghoa serta Melayu,” papar Ahiong, pengusaha asal Belinyu, Bangka.

Sesepuh warga Tionghoa di Bangka, Halim Susanto, mengatakan, tahun 2012 ini rangkaian perayaan Imlek oleh orang Tionghoa dimulai pada 23 Januari 2012. Pada hari itu, seperti lazimnya orang Tionghoa di seluruh dunia, warga Tionghoa di Bangka merayakan Imlek atau tahun baru 2563. ”Di Bangka, Imlek atau Sin Cia disebut juga Ko Ngian (Mandarin: Guo Nian) selama tiga hari,” tuturnya.

Pada hari tahun baru, semua kerabat datang berkumpul. Karena itu, harga tiket pesawat ke Bangka melejit setiap menjelang Imlek. ”Kalau Imlek di Bangka, yang datang ke rumah bukan sesama Tionghoa saja. Tetangga yang Melayu juga datang. Ada yang masak banyak dan undang orang sekampung,” ujarnya.

Wali Kota Pangkal Pinang Zulkarnain Karim membenarkan itu. Setiap perayaan Imlek, katanya, pagi-pagi benar ia mengunjungi kerabat dan sahabat Tionghoa yang dituakan, tak ubahnya bersilaturahim seusai shalat Id saat Lebaran.

Pada hari tahun baru, setiap orang yang lebih tua memberikan angpau (amplop merah yang diartikan sebagai amplop berisi uang hadiah) kepada yang lebih muda dan belum menikah. Selain berbagi rezeki, tradisi itu juga untuk mendorong orang lebih muda berusaha dengan modal dari hasil angpau.

Hal itu mengacu pada pesan cendekiawan Tiongkok, Lao Tze, agar uang angpau bisa digandakan sampai empat kali. ”Selepas itu, orang Tionghoa Bangka merayakan Lip Chun atau pergantian shio. Rangkaian perayaan Imlek ditutup dengan Cap Go Meh pada hari ke-15 bulan pertama,” tutur Halim.

Perayaan besar dilanjutkan dengan Ceng Beng atau sembahyang leluhur—beberapa tahun terakhir jatuh setiap April. Orang Tionghoa Bangka selanjutnya merayakan hari Pek Cun dengan membuat kue bak cang, sejenis kue ketan yang dibungkus daun.

Khususnya di Bangka, orang akan mendatangi Pantai Tanjung Kerasak. Di sana, ada upaya menegakkan sebutir telur. Biasanya, telur terguling jika diletakkan. Pada hari Pek Cun, jika kondisi gravitasi bumi benar-benar sempurna, telur bisa berdiri.

”Perayaan terakhir adalah sembahyang rebut atau Zhong Yuan Jie pada malam ke-15 bulan ketujuh penanggalan Tiongkok,” kata Halim lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com